NYANYIAN SEORANG PEMUDA
Setelah lima tahun mengabdi dalam tapa
Pada hati renta
Sebab luka yang menganga
Kunyanyikan lagu sepanjang jalan
Bahkan sampai usia menjadi hilang
Tapi, reranting dan daun
Tak pernah selesai memaknainya
Dalam sajak
Aku belajar menata duri
Jika lanjut usia
Telah memaknai dengan semesta
Bondowoso, 25 Juli 2015
Ahmad Nur Muzayyin
KEHILANGAN
Semenjak itu
Tidak adatempat
Untuk mewadahi air mata
Kehilangan dibalik senyummu
Aku hanyadiam
Menyaksikanmu dalam lamunan
Tentang selusin senyum
Yang mengering terbawa musim
Saat ini masih kusimpan rasa
Di urutan senyummu
Tentang catatan
Aku dan dirimu
Bondowoso, 30 Juni 2015
Ahman Nur Muzayyin
SUARA SANG FAJAR
Fajar masih berlayar
Menebar pukatnya di ranting-ranting pohon
Melambai bersama burung seriti
Yang melintas di simpang-simpang nyiur
Anginpun berdendang lagu semesta
Berirama seruling kelembutan
Kusapa pagi dengan celurit
Yang berkalung rumput dipadang gersang
Aku yakin
Jika fajar masih jauh dengan senja
Lusa atau selanjutnya
Akan kukawinkan setangkai fajar
Dan daun-daun senja itu
Menjadi rembulan yang purnama
Bondowoso, 28 Juli 2015
Ahmad Nur Muzayyin
15 HARI
Hanya lima belas hari kuhitung usia
Sampai akhirnya kau redakan senyum
Diantara retak-retak rembulan
Sebentar saja yang terukir
Hanya sekelebat bayang senja
Membusuk dalam jiwa
Kutangisi dia dalam rindu
Ingin sekali kusapa
Meski dalam akhir pekan
Lima belas hari menebar senyum
Kulayani kau yang lebih-lebih
Meski wajahmu tak sesunyi air ditelaga
Tapi,
Kusadarkan diri
Tak selamanya hari berduri
Bondowoso, 30 Juni 2015
Ahmad Nur Muzayyin
EJADIAN SEMU
Sekejab bayang menyapa
Dalam lamunan asa
Di tepi sila maghribku
Dibalik gaun putih yang kau kenakan
Terselip keindahan
Sampai-sampai tak percaya
Dengan surga yang tak dirindukan
Bondowoso, 11 Agustus 2015
Ahmad Nur Muzayyin
MENANTI HADIRMU
Gemuruh itu terdengar lirih
Kemana lagi hujan akan pergi ?
Sejenak menggoda bumi yang gerah
Hingga larut
Malam menyapa
Ya !
Setitik luka tak kurasa
Meski melebur dalam jiwa
Di tepi lamunan asa
Biarlah !
Walaupun yang tersisa hanya luka
Kutunggu hadirmu
Walau masih resah
Bondowoso, 24 Agustus 2015
Ahmad Nur Muzayyin
SELAMAT ULANG TAHUN HUBBY
Selamat ulang tahun Hubby
Sepatah kata di pelipis do’a
Mengetuk senja melukis air mata
Aku lupa mencari tau
Tentang sejumlah resah
Setelah hilang dari peradaban
Hidup adalah pilhan
Dari ribuan gugus gemintang
Berharap menjadi alamat kebenaran
Selamat ulang tahun Hubby
Meski aku lupa tentang harimu
Aku berharap nyata
Dari penantian lama
Selamat ulang tahun Hubby
Kepada rerimbun daun-daun
Semoga tidak ada benalu
Karna hanya pertemuan semu
Selamat ulang tahun Hubby
Belum habis waktu mengingatmu
Hendak kukemanakan alur cerita
Yang sempat terbesit dalam tawa
Hingga hari ini
Kuanyam senyummu
Meski wajahmu sepi
Katamu yang sunyi
Telah kujadikan hamparan permadani
Aku sebatas jiwamu yang resah
Tak sempat bersua di perbatasan kota
Meskipun ia
Dengan cara ini akan mengerti
Kalau rinduku berjamur dibalik duri
“Selamat ulang tahun kami ucapkan
Selamat panjang umur kami doakan
Selamat sejahtera dan bahagia
Selamat hidup baru istri sholeha”
Selamat ulang tahun Hubby
Senandung rindu
Menantimu
Untuk sekedar menghilangkan resah
Sukorejo, 01 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
ADA APA
Ada apa kau merayuku
Rasanya aku terlalu rimbun untuk kau pijaki
Aku terlalu buta untuk kau tangisi
Ada apa dengan langit biru
Yang tiba-tiba menerkamku
Sesak dan sakit berkumandang
Ada apa denganku
Sudah kubilang jangan
Malah kau datang
Membawa sekarung kenangan
Sukorejo, 03 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
SREEET
Sreeet......
Sreeeeeettt.....
Sreeeeeeeeeeettt......
Mengundang resah pada coretan pena
Mengingat sapamu
Aku menderita
Sukorejo, 02 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
TUR, KENAPA HARUS BENALU
Tur, Kenapa harus benalu
Yang kau tanam dipadang tandus
Jika masih ada lumpur suci
Aku menunggu kabar dilorong sepi
Membawa seonggok purnama
Barangkali kau sukai
Tur, Kenapa harus benalau
Jika masih ada rindu
Yang tertanam dalam rumah batinmu
Aku terlalu berharap padamu
Hingga jiwa bergemuruh rindu
Kini,
Jangan kau kuras air mata
Dan membuang senyum
Setelah lama kita bersua
Semoga saja maafku tiba
Walau hadirnya adalah luka
Atau pantas dicaci hina
Sukorejo, 02 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
MAAF, KULUKIS GERHANA DIMATAMU
Tiba-tiba
Bayangmu menyapa malam
Teringat sepijak pertemuan
Menjadi semu
Tiada maksud kupahat derita
Dalam jiwamu yang lugu
Biarlah kuangkat namamu dalam sejarah
Sebelum fajar menepi dipelipis senja
Maafkanlah
Jika selama ini
Melukis gerhana
Namun,
Jiwamu yang resah
Berdarah daging dalam tubuhku
Maafkan aku !
Sukorejo, 03 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
AIR MATA, SIAPA YANG SALAH ?
Dalam resah seperti ini, siapa yang salah ?
Aku, kamu, dia, atau mereka ?
Aku menyimak luka
Membabat belantara
Agar hati terbiasa
Berapa kali air mata menginjak masa
Ronta
Bergemuruh badai
Terima kasih
Kau telah sudi caci maki
Ketika air mata tertahan oleh benci
Namun,
Kubasuh luka
Membimbing senyum
Seperti sedia kala
Sukorejo, 05 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
BUKAN SEBATAS PENANTIAN
Wajahmu layu hari ini
Membawa sekarung mimpi
Kau taburi dalam sepi
Sudah kusapa
Dengan rintik-rintik suara resah
Memohon
Meski luka telah berdarah
Entah,
Diantara mereka
Masihkah membawa surga
Bukan mimpi keji
Untuk meluapkan janji
Aku menunggu jawaban
Bukan sekedar penantian
Walau dirimu
Tak lagi senyum istriku
Sukorejo, 07 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
MASIH KUSIMPAN HARIMU
Entah bagaimana caraku berbahasa ?
Menjemput senyummu yang gerhana
Menata bayangmu yang maya
Saat ini hati masih bergemuruh rindu
Mengajakmu dalam lamunan
Meski hujan tak pernah berbicara
Tentang harimu yang semu
Sudahlah,
Telah kusiapkan ribuan sajak
Demi senyummu yang bijak
Sukorejo, 10 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
MALAMKU AIR MATA
Malam ini
Gerimis mengundangku
Saat resah
Khawatir akan jiwamu
Ah,
Cukup sudah
Malamku air mata
Biarlah senyum gugur mengangkasa
Di hadapanmu
Aku sengaja membuang sapa
Sukorejo, 10 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
AKU MASIH HAFAL NYANYIAN ITU
Aku masih hafal nyanyian itu
Sengaja didendangkan dalam tidurku
Menghilangkan resah
Saat malam menyapa
Aku masih ingat nyanyian itu
Tentang sejarah kelam
Yang membawa sepucuk kenangan
Aku masih hafal
Aku masih ingat
Biar kusemai saja cerita
Dalam buku harian duka
Terimakasih atas segala do’a
Meski berlimbah air mata
Mungkin
Disini aku hanya sampah
Dan menyimpan luka diatas cakrawala
Sukorejo, 10 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
KERUDUNG BIRU
Kerudung biru di simpang jalan
Ternyata, pernah hadir dalam mimpi
Dengan sangat baik
Kerudung itu tertata rapi
Lantas, bagaimana denganku ?
Masih debukah dimatamu ?
Kurasa begitu
Sekarang
Mendekatlah
Kesini
Di hadapanku
Dan bawakan aku khuldi
Sebagai bekal perjalanan nanti
Sukorejo, 11 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
SAMPAI JUMPA JIWA AIR MATA
Selama ini
Apakah yang sebenarnya dirasa ?
Cinta ?
Rindu ?
Benci ?
Katakan saja dengan lirih
Aku menunggu jiwamu lelah
Meski hanya guguran puisi
Tak jinak juga rindu di halaman jiwa
Denganmu
Bersamamu
Sapaku layu
Sukorejo, 12 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
ADUH
Aduh ......
Pisau-pisau menggali perigi dalam dadaku
Aduh ......
Tubuh ini
Panas dingin
Sukorejo, 13 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
HATI
Apa yang kau rasa
Aku juga
Apa yang kau miliki
aku punya
Apa yang kau khendaki
Aku turuti
Di laut
Di darat
Di langit
Ada sengat yang menyengit
Menghisap nadiku
Tanpa mengucap pamit
Sukorejo, 14 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
KERUDUNG BIRU II
Kerudung biru
Itukah kamu
Menari-nari sambil mencaci
Kerudung biru
Lihatlah ?
Kedalam rimba-rimba hatiku
Kemudian telusuri
Jangan lupa
Mengeja sepetak luka dalam jiwa
Sukorejo, 14 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
HUJAN DIMATAKU
Hujan dimataku tak lagi menderas
Tak seperti hari-hari lalu
Yang sempat menjadi debu
Hujan dimataku tak lagi menderas
Mendengar kabar
Kau telah tiada
Bersama kumbang yang sengaja melamarmu
Hujan dimataku
Diamlah
Dan cari penggantinya
Sukorejo, 14 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
SAJAK SEPI
........................................................
........................................................
........................................................
Itukah harimu
-----------------------------------------
-----------------------------------------
-----------------------------------------
Inilah kerinduanku
Sepi tanpa jiwamu
Sukorejo, 14 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
SUARA
Suara
Yang kau tanam dalam telinga
Telah berbunga menjadi rasa
Rasa kata ingin berjumpa
Terlintas di alam fikir penuh tanda tanya
Lantas, bagaimana jika ingin bersua ?
Oleh suara sekali dalam sejarah
Jiwa ini renta
Disapu angin kelana seketika
Sukorejo, 15 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
KELINCI BERDASI
Aku bertemu lembah yang begitu curam
Melintas diantara reranting daun
Dan berteduh dibawah kaki rembulan
Oh, sungguh terjal hatiku
Melintasi batu-batu
Oh, parasnya jiwaku
Yang tak akan luluh oleh waktu
Aku menuntut akan rindumu
Yang telah layu dan berdebu
Namun,
Semenjak kau terjemahkan
Kedalam ruhku
Harimu kian semu
Dan tertutup awan
Hingga petangpun datang
Aku merasa
Sekor kelinci berdasi lunasi hari
Menatap tajam dikejauhan
Sementara senyummu kutinggalkan
Sukorejo, 26 September 2015
Ahmad Nur Muzayyin
SAUDARA MUDA YANG GELISAH
Saudara muda yang gelisah
Melintas dalam udara yang gerah
Wajahnya nyaris saja tak berdaya
Disekitarmu
Meronta perjalanan hidup
Sesekali hinggap
Walau berdahak gugup
Saudara muda yang gelisah
Nyaris saja jiwamu terinjak
Oleh alam yang membeludak
Namun,
Masih saja terkobar api semangat di wajahmu
Ketika engkau terjatuh
Dalam terjal batu-batu
Semoga saja mimpi yang kau terima
Menjadi nyata
Di sebrang sana
Sukorejo, 01 Oktober 2015
Ahmad Nur Muzayyin
SEBATAS APA
Sebatas apa aku di jiwamu
Hujankah ?
Debukah ?
Rindukah ?
Dengan siapa kulukis luka
Jika sumpah hanya di bibir saja
Dengan siapa ku tukar rasa
Jika senyum masih berbunga
Sukorejo, 02 Oktober 2015
Ahmad Nur Muzayyin
BUTIRAN DEBU
Kutunggu catatan harimu
Entah dalam resah dan gundah
Nanah atau darah
Kukunyah mentah-mentah
Kutunggu harimu
Meski sejauh ini
Dirasa tak ada
Semoga saja catatan duka
Membekas dalam irama
Sukorejo, 03 Oktober 2015
Ahmad Nur Muzayyin
TIBA-TIBA KAU MEMANGGILKU RINDU
Saudara
Aku masih tak mengerti dengan sifat buasmu
Yang tiba-tiba ranum waktu itu
Coba jelaskan
Bagaimana kauubah debu jadi batu ?
Tiba-tiba saja kau memanggilku
Sambil menebar rasa
Dan melempar purnama
Aku masih seperti lalu
Sepi
Sendiri
Jika kau bertanya
“Kemana lima kebun yang kau tanam bebunga ?
Layu atau mati ?”
Ku jawab
“Dia ada, dan tak ada”
Itu saja
Sebab perjalanan
Telah menunggu
Di halaman belakang
Sukorejo, 06 Oktober 2015
Ahmad Nur Muzayyin
01 OKTOBER
01 Oktober
Kau letakkan sejarah kelam
Lantaran perlu kepastian
Bukan penantian
01 Oktober
Sebuah petuah mengabdi dalam nurani
Menemani jalan di lorong sepi
Meminta petunjuk kepada sang Maha Kasih
Disini
Kabar hampir kelam
Satu ayatpun belum datang
Memangkas gersang dalam benakku
Biarlah sejarah mencatat semua rasa
Yang telah lama beku dalam jiwa
Sukorejo, 08 Oktober 2015
Ahmad Nur Muzayyin
SEPUCUK SURAT TELAH TIBA
TEMANI HATI YANG TAK AKAN IBA
Telah kusemai rasa
Bahkan sampai mengangkat sumpah
Sukorejo, 09 Oktober 2015
Ahmad Nur Muzayyin
EMBUN PAGI
Embun masih membasah
Di pekarangan rumah-rumah
Sukorejo, 16 Januari 2016
Ahmad Nur Muzayyin
RUANG HAMPA
Malam rebah
Diruang hampa
Mengundang resah
Hingga gerimis di mataku tiba
Sukorejo, 16 Januari 2016
Ahmad Nur Muzayyin
SEMALAM
Semalam
Kantukku tiba-tiba mereda
Setelah menelusiri lorong-lorong
Dan menembus remang-remang cahaya
Mataku bulat lebar
Senyumku masih berbunga
Dan tak akan layu untuk menyapa
Semalam
Masih terdengar sayup-sayup ditelinga
Suara dzikir berseloka
Melintasi cahaya malam
Dengan ribuan gugus gemintang
Semalam
Janjiku kepada Tuhan
Telah terselesaikan
Sukorejo, 27 November 2015
Ahmad Nur Muzayyi
ADA RESAH DALAM JIWA
Setelah mendung menutup wajah kita
Apalagi yang bisa kita lakukan?
Surat itu
Mengantar resah
Untuk sekedar mewakili jiwa
Tidak lebih
Hanya sekedar kata hina
Sukorejo, 19 Desember 2015
Ahmad Nur Muzayyin
HUJAN
Awan-awan kabur kebingungan
Sebentar lagi hujan datang
Sukorejo, 28 Desember 2015
Ahmad Nur Muzayyin
KABAR HUJAN
Kabar hujan hampir kelam
Mengundang rasa
Yang tiba-tiba buta
Adakala kabut melintas di kepala
Menutup indah cakrawala
Karna hujan yang menderas lewat
Akan segera mereda
Sukorejo, 28 Desember 2015
Ahmad Nur Muzayyin
ADUHAI CINTA
Aduhai cinta
Sepetak senyum bermuara
Dan bermusim dibalik jeruji
Aduhai cinta
Senandung irama mengundang resah
Saat hendak bersua di perbatasan kota
Bulan kini telah mengangkasa
Tertutup lembut awan kumulus
Hingga petang
Dan bingung mencari alamat pulang
Aduhai cinta
Cerita yang tertuang dalam pena
Telah berbicara pada dunia
Sukorejo, 21 November 2015
Ahmad Nur Muzayyin
PURNAMA MASIH BISU
Belum sepenuhnya utuh
Kujamah jiwamu yang lugu
Tidak setengah
Seperempat
Atau separuh
Karna purnama masih bisu
Terlalu jauh aku mengeja
Sampai lupa terhadap lagu semesta
Tapi sayang !
Belum bisa membagi duka
Atau bahagia
Sebab, luka kita
Masih menganga
Bersabarlah rindu
Jika nanti Tuhan mengabulkan kita satu
Izinkan aku menjadi purnama jiwamu
Sukorejo, 23 November 2015
Ahmad Nur Muzayyin
HARAPAN
Aku telah siapkan semua
Tentang lamaran malam
Tentang sekarung harapan
Yang sempat meniduriku di kasur hati
Sudah kuduga,
Mimpiku semalam
Adalah resah yang membentur dalam tebing doa
Atau badai yang meronta dalam jiwa
Semua itu
Sulit kumaknai
Karna ia terlalu deras
Menghanyutkan jiwa
Sukorejo, 26 Desember 2015
Ahmad Nur Muzayyin
SEKEDAR BERTANYA
Bulan menatapku sepi
Saat gelap
Berselimut mayat
Berharap engkau berkenan
Menjadi alas tidurku
Disinilah,
Aku purnama yang jauh dari malam
Selain engkau
Adakah kiranya yang mampu
Membuat jarak sejengkal dalam pengertian
Sekiranya ada
Aku terima
Sekedar menikam resah
Sukorejo, 05 Januari 2016
Ahmad Nur Muzayyin
PERTEMUAN SEDERHANA
Pertemuan sederhana
Melambai sejuta salam
Yang larut diterpa angan
Aku yang merindu
Tak sempat bertamu
Walau sebatas sapa
Kini,
Benalu telah menyayat hatiku
Nyaris tak berdaya
Berbaring dengan derita
Akupun berjalan seorang diri
Seperti budak mimpi
Yang terus mengkaji
Aku gila
Ditikam senyum yang purnama
Bagiku, jarak bukan halangan
Melainkan keadaan
Menjadi bangkai kebiasaan
Semoga saja
Daun takkan lagi gugur oleh topan
Yang membuat kita patuh pada kenyataan
Sukorejo, 06Februari 2016
Ahmad Nur Muzayyin
NAMAMU HANYA KABAR ANGIN
Namamu hanya kabar angin
Yang berdendang lagu semesta
Syair-syair mengiringi
Senyum yang melintas mualai terbitnya hari
Aku adalah pilihan
Yang selalu terbuang kebelantara
Aku terus mengharapkan dari waktu yang tersisa
Sebelum terlepas dari semua kenangan
Ah !
Namamu hanya kabar angan
Sukorejo, 07 Februari 2016
Ahmad Nur Muzayyin
HAMPIR TIADA
Bayangan tentangmu
Sudah mulai suram
Nyaris tak terlihat
Jika nanti namamu adalah bangkai
Aku harap ada pengganti
Untuk sekedar menulis kesendirianku malam ini
Aku tau
Semua itu adalah rasa
Jika terlalu jauh mengeja
Aku takut luka terus menganga
Maafkan aku
Jika hari esok
Engkau layu dihatiku
Sukorejo, 24 Februari 2016
Ahmad Nur Muzayyin
CERITA DIPAGI HARI
Matahari mengedipkan matanya
Bersama cericit burung
Memperdendangkan sebuah simfoni
Cahayanya merobek kesunyian pagi
Ia tersenyum manis
Sampai wajahku menghangat dibuatnya
Aku terbangun dari tidur-tidur ayam
Dan samar-samar
Aku melihat seorang lelaki muda
Menyanyikan lagu semesta
Ah !
Rasa bosan menjalari tubuhku
Aku hanya berdiri canggung
Seperti sebongkah gunung
Tidak melakukan apa-apa
Hanya melihat
Lelaki itu tertawa
Sukorejo, 28 Februari 2016
Ahmad Nur Muzayyin
KABAR HAMPIR PETANG
Hari lengkap malam
Di tepi sila maghribku
Kau nyaris membunuh
Sukorejo, 06 Maret 2016
Ahmad Nur Muzayyin
DIBALIK DINDING BERLAPIS BAJA
(Saat Didalam Sel Penjara)
Dibalik dinding berlapis baja
Terkulai lemas tubuhku
Menahan rasa malu
Aku hanya menatap dinding hitam
Di sekitarku
Daun-daun yang baru saja gugur
Dimanakah aku berada
Dibalik dinding berlapis baja
Jiwaku berdarah
Tanpa luka
Dimanakah aku berada
Dibalik dinding berlapis baja
Aku terpenjara
Sukorejo, 07 Maret 2016
Ahmad Nur Muzayyin
JIKA NANTI TAK KEMBALI
KABARKAN KAU TLAH MATI
Tiba-tiba hujan mereda
Selamanya engkau tiada
Sukorejo, 09 Maret 2016
Ahmad Nur Muzayyin
INGINKU
Jika kau pulang
Bawakan belati
Dan bunuhlah, sayang
Sukorejo, 10 Maret 2016
Ahmad Nur Muzayyin
AL, RASA INI NYARIS TAK TERLIHAT
Al, sudah mengakar caci maki dalam diri
Puji-pujian sudah tak asing lagi
Setelah kau bakar hidup jiwaku
Apakah kau tak meresahkan
Jika kukunyah aspal
Dan meneguk comberan
Al, daud yang sudah berkarat
Nyaris tak terlihat
Rumput-rumput basah
Dijilat hujan malam ini
Duh pujaanku
Aku terguyung hujan dibawah langit murung
Duh pujaanku
Jangan kau palingkan wajahmu
Tataplah kemari
Amati
Aku berjalan seorang diri
Dengan nasib yang dipilih
Sukorejo, 21 Maret 2016
Ahmad Nur Muzayyin
PASRAH
Ku asah rimba belantara
Dengan lidah yang basah
Setelah keramaian melepas sunyi yang sederhana
Lihatlah dengan seksama
Segala yang pernah datang
Pergi entah kapan bersua
Akupun pasrah dengan keadaan
Meski kemarau merentang panjang
Sukorejo, 29 Maret 2016
Ahmad Nur Muzayyin
PENANTIAN TERAKHIR
Akan kukemasi sejuta khayal tentangmu
Kemudian kukuburkan kelembah-lembah gelap
Agar air mata yang tergenang
Mengantarmu kelubuk perdamaian
Sepertinya jarak menjadi pucat diantara kita
Setelah kau gores kemarau
Dalam lukisan pertama
Aku belum sampai menuang segelas keharusan
Yang bertapa di lubang penantian
Apakah semua akan berakhir ?
Cerita yang sempat kita ukir bersama
Di atas batu-batu
Kasihku, kapan engkau kan faham ?
Bahwa selaksa mimpi yang terangkai
Tersimpan pada daun yang menjuntai
Sukorejo, 29 Maret 2016
Ahmad Nur Muzayyin
Komentar
Tulis komentar baru