Aku tak lain tak bukan
Tetes air jatuh di ibu kota
Bapak menggendong ibu ke kota-kota
Aku telah sampai sembada
Untuk soal seni
Jatuhnya aku jauh sudah ada
Itu adalah soal langit
Seni hening mencipta
Adakalanya laut pasang surut
Aku dari padanya setetes air
Tak lebih kadang juga keruh
Hanyalah manusia
kini aku lebih dari uban
Tapi tak seuban kota tua
Yang tiada matinya
Kini aku di ujung uban
Lepas dunia menunggu waktu
Seni apa aku harus berbuat
Menunggu waktu itu membosankan
Bapakku pernah kenyang
Makan ribuan daun jati warna merah
Itu pun susah-susah dan kucur keringat
Dapatkah engkau melihat seni bertahan hidup
Kalau soal seni bercinta
Aku letakkan pada puisi-puisiku
Selebihnya aku kuda jantan
Menginjak-injak ranjang tidur sendirian
Aku meringkih sunyi sepi
Kalau aku menentang sastra
Jawaban apa yang kau berikan
Bukannya tanpa alasan jika engkau tak menjawab
Itu cukup pilihan bukan!
Kalau bukan segalanya
Adalah sebuah jawaban
Aku akan menentangnya
Andai kalanya lebih perduli
Aku tak menunggui waktu untuk sebuah jawaban
Aku sendiri belum cukup kenyang
Makan seni arti kehidupan
Komentar
Tulis komentar baru