Di sini!
di negeri ini pernah mati nurani kami
pernah terkoyak tali silahturahmi
antar sesama kami Salam-Sarani
Sering kami mencaci berbalas aksi
Sering kami menghujat mengundang reaksi beradu sakti
Sering pula kami harus membantai karena tak ingin dibantai
Mata kami rabun melihat bangkai-bangkai berserakan di jalanan
di selokan, di tong-tong sampah berselimut karung
menggigil kedinginan diguyur hujan air mata berendam darah
kadang tanpa kepala
kadang tanpa biji mata
kadang tanpa kaki dan tangan
kadang pula tanpa kelamin
bukti matinya nurani
Telinga kami tuli mendengar jerit tangis bayi-bayi lapar
melengking dari tenda-tenda pengungsian
bertukar sapa salak sanapan dan kicauan bom
mengantar putera-puteri kami menuju ke perut bumi
dipayungi awan putih kemerahan berarak dari atap
bumbungan gereja dan kubah masjid di sebelahnya
mentari menggelepar
dicekik arwah gentayangan
akibat mati penasaran
ditebas pedang saudaranya sendiri
Di sini!
di negeri ini kami menanti damai kembali
untuk merajut lagi tali silahturahami
demi hari depan anak-cucu kami
dan kami berjanji :
“akan memegang teguh falsafah hidup leluhur kami
satu gandong, satu jantong, satu hati"
Ambon, 19 Januari 2009
Komentar
teguhkan hati
sungguh indah temali silaturahmi
jangan lagi ada luka di antara kita
sungguh merugi saling curiga
kaitkan kembali hati, meski kita berbeda...
Tulis komentar baru