barangkali, lebih dari seribu perempuan
pernah rendam separuh tubuhnya
di ceruk batu kelamin tanpa sesaji
termasuk engkau, dara!
ini kali ketiga kau sambangi tempat itu lewat
tengah malam
bagimu tempat ayangayang pengaduan
mengapa kau tak percaya
bahwa air yang mengalir dangkal di sekitarnya
tidak sertamerta merubah langsat kulit dan tirus wajahmu
bahkan ranggas pohon keramat
tak akan menjanjikan apaapa atas afalmu
kecuali bulan yang kersip—malumalu
melirik busung dadamu
apa yang engkau cari, dara?
katamu,
di sinilah nutfah sumbi—sangkuriang memfusi
lahirlah beribu cahaya berlesatan dan takan habishabis
aku ingin ternodai satu dari sekian cahaya itu
tak akan beringsut sebelum ritual itu terselesaikan,
dalam gigil engkau menangkar niscaya
sebelum tanggalkan penutup kemaluan warna maron
dengan sedikit corak yang menggoda
seperti membuang sialmu, kau lemparkan
penutup kemaluan itu di antara serumpunan perdu
lampau sebelum malam itu telah berserakan
penutup kemaluan lain warna lain milik perempuan lain
mungkin saja siti, rohaeni, nurjanah,
aprillia, jenifer, lucia bahkan nama yang kurasa jelek dan usang
untuk perempuan; karimpen! samasama mengeram harap
tentang bagaimana menekuk kelelakian
samenleven
pulanglah, dara kepadaku
sediaku tuntun engkau melewati perbatasan itu
kubasuh nestapamu dengan nazarku;
demi semesta yang mengajari kita bagaimana hidup
aku akan menikahimu dengan mahar sebiji kurma
Komentar
Tulis komentar baru