Pawai Kurcaci
Serupa pawai para kurcaci itu.
Dengan tombak nasib di ujung harapan
mereka mengarak dusta para durjana
keliling kampung dan berkumpul
di alun-alun hati, yang di lamun.
Terhampar hati meradang
di tengah-tengah gurun simpati
yang sama gersangnya serupa janji
terhampai di hari-hari purba durja.
Tinggal semangat bersama kami
juga Do'a Bunda tak kunjung henti
tapi, kampung justru pindah ke kota
dan anak-anak mereka jadi primadona.
Sungguh, takdir cuma tanda beda
kurcaci yang merdeka hanya niscaya
masih jua kau paksakan rima puisimu
yang basa-basi atau justru transaksi ?
Belum juga lelah pawai para kurcaci itu.
Medan, 13 06 2013
Abdul Malik.
Komentar
Tulis komentar baru