Aroma telah mendidih, dari tanah nenek moyang.
Digulungnya dari nafas-nafas yang pecah dan
Nadi yang lelah, Menyibak segala amarah dari
Kolong tanah.
Di kening perempuan, awan perlahan mengakar,
Menjalar. Bagai bebunga tak bertangkai.
Ditinggalnya aneka warna kelabu di langit-
Langit rumah yang sesekali hujan didiamkan
Atau ditambatkan.
Lalu mata perempuan menjadi basah, menites
Bagai busur panah dan menembus segala
Pongah. Dipanjatkan riuh gemuruh dan
Suara bias luluh.
14 Februari 2019
Komentar
Tulis komentar baru