Dalam kereta subuh sendu aku berbisik kepada Mu,
kuasa dan kekal Engkau, sabtu lahirkan aku,
dalam semangat bara yang menyala
membakar urat dan daging
hingga hilang semua bisa perihnya.
Dalam kereta subuh sendu aku berbisik kepada Mu,
janjiku belumlah usai di tepati
dan segala sanjung bagi Mu.
Aku ingin rengkuh ibu saat ini,
yang dendangkan syair kayori
terdengar sepanjang baris pegunungan,
suaranya menampar deru ombak teluk tomini,
jadikan seribu serpihan riak pantai.
Oh, adakah yang menghalangi arahku ?
biarkan saja rimba merajut duri
atau seribu iblis melawat batas kota,
aku tetapkan pulang
pada petuah ibu yang sejukkan dada
dan lagi iman mengalir di sana.
Duh, risau yang berbunga tembaga
kini lembut tercium bersama embun,
ketika di lengkung setapak nampak wajahnya,
tersenyum ia berbinar mata,
dibalut siluet sutera warna mega senja
ingatkan aku tiga puluh dua tahun lalu.
Maka leburlah amarah, Kau leburkan amarah dengan indah,
hingga sesal tak lagi bisa membenci.
Jatuhlah aku, Kau jatuhkan ke dalam palung kasih,
hingga tak sebatas peluk ibu nanti.
31 Des 2012
Komentar
Tulis komentar baru