Tercerahkan dalam pantun,
selisik namamu lembut menikam.
Kalbu yang lemah,
mengambang berirama,
melahirkan kata tertata
dan aku tak ambil peduli
atas apa-apa yang asasi lagi,
sebab kau teramat indah
dalam bahasa aku bebas bersamamu,
di pucuk nan tinggi atau lembah berlekuk
kita melagu, tentang cinta bertunas
hingga awan pun menjadi cemburu dan bercerai
lalu, kita bisa saling berpandang pada danau
di sana, di gugus pegunungan jauh
bila musim terang lebih lama
kita bangun rumah berdinding angin
biar terasa sejuk dia-kan beratap air
dan lantainya biar saja ditumbuhi perdu berbunga,
tempat nanti aku datang menjenguk
jika lama merambah alam nyata.
Arren Kayori, tercerahkan dalam pantun.
Sejati dirimu aku kenal.
Rahim, 28 Maret 2013
(24:00)
Komentar
Tulis komentar baru