Skip to Content

sajak nasib

Foto semut kampung

seorang lelaki tua mengayun - ayunkan kapaknya. 
daun2 kering berhamburan sejurus sisa gerimis di hutan ini, menjelang sore. 
"aku sedang mengayun - ayunkan nasib!" 
sudah dipasrahkan air mata keringat genangan hujan kepadaku tapi tak bisa dibedakan. 
"aku melihat banyak kalajengking di sini!" 

seorang lelaki tua masih mengayun - ayunkan kapaknya. 
membelah pangkal jati yang roboh di musim hujan. 
"aku sedang mengayun - ayunkan nasib!" 
sebilah sungai jernih menyelinap di kaki pepohonan gemericik riaknya menembus ulu hati. 
"aku melihat mulut serigala di sini!" 

seorang lelaki tua tenang mengayun - ayunkan kapaknya. 
warna kelabu ini sengaja aku simpan. biar tak ada yang tersengal - sengal. 
"aku sedang mengayun - ayunkan nasib!" 
hutan ini menyenangkanku melepaskan dendam membersihkan luka2. 
"aku mencintai gelap dan sunyi tanpa jeda!" 

seorang lelaki tua meletakkan kapaknya. duduk di lonjoran jati yang tergeletak dan terkelupas kulitnya. pandangannya mengapung menyusuri belantara. 
tak ada sendu 
tak ada biru 
tak ada tari 
tak ada hati 
hanya angkuh bebatuan mengerikan dan angin yang mendesis seperti siulan di mulutnya. getah meleleh dari rerumputan basah. 

adzan maghrib dari surau tua seakan membelah hutan. seorang lelaki tua berhenti mengayun - ayunkan kapaknya. 
"aku sedang mengayun - ayunkan nasib!" 

dalam pekat kabut, seorang lelaki tua meminta diri lalu lenyap bersama kapaknya yang hilang 

ribuan burung bangkai 
mencabik sukmaku 
mencakar wajahku 
mematuk kepalaku 
merobek kulitku 
mata pisau menyuarakan jerit yang kering menjejak di kaki langit. 
seekor anak cicak mati ditimpa kasur lantai yang kupelantingkan, 
dan kita tidur di atasnya. 

"aku sedang mengayun - ayunkan nasib!" 

Tuhan, aku pasrah !

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler