Seperti kebisuan alam yang menyiratkan kekaguman
Seperti bulan yang berhias bintang geminta malam
Kecantikanmu
Adalah sebuah kebungkaman
Kecantikanmu
Adalah sebuah keindahan
Seperti tinggi langit yang tak terbatas
Seperti dalam bumi yang tak terukur
Kecantikanmu
Adalah pengetahuan
Kecantikanmu
Adalah sebuah pencarian
Seperti gelam malam yang menghalangi pandangan
Seperti debur ombah yang hancurkan karang
Kecantikanmu
Adalah sebuah penalaran
Kecantikanmu
Adalah sebuah ketakutan
Seperti matahari terbit di pagi hari
Seperti matahari terbenam di sore hari
Kecantikanmu
Adalah sebuah kehidupan
Kecantikanmu
Adalah sebuah kematian
(Iffatul Maula, 1418)
Mataku telah memandangmu
Tapi aku tak merasakannya
Hatiku yang berkata
"apakah yang bergejolak"
Diriku membisu
Diam tak bergerak
Hatiku berguncang
Kencang tak terarah
Aku terpesona
Aku terlena
Kini perasaan aneh menghampiriku
Perasaan yang selalu dating kejendela hatiku
Yang membisikkan kata-kata indah dan yang menggetarkan kalbu
Perasaan yang muncul
Saat aku memandangmu
Saat aku mengkhayalmu
(Iffatul Maula, 1418)
Untuk kesendiranmu yang telah melukai hati, menyiksa hari-hari dan yang membuyarkan segala mimpi
Biarlah menjadi kenangan tanpa penyesalan diri
Yang pergi biarlah berlalu
Hilang bersama sang waktu
Dan engkau hanya sesekali mengingat
Dan selamanya melupakan
Untuk kebersamaanmu yang akan menghibur hati, mengisi hari-hari dan yang membangkitkan segala mimpi
Biarlah menjadi tujuan dalam diri
Yang datang biarlah berjalan
Ada bersama harapan
Dan engkau hanya menjalankan
Dengan hati seriang awan
Sebab hari ini dan hari esok
Akan lebih baik dari hari kemarin
(Nur Jannah, 1418)
Engkau harus tahu;
Bahwa seperti malam yang berhias bintang dan bulan
Itulah keindahanmu
Bahwa seperti alam yang sunyi senyap
Itulah keheningan jiwamu
Dan bahwa seperti malam yang membelai mesra alam
Itulah kelembutan hatimu
Dalam dirimu ada rahasia malam hari dan kesejukan pagi hari
Dalam dirimu tersembunyi jawaban dan pertanyaan hari
Dalam dirimu tumbuh segala harapan dan impian
Engkau adalah kesunyian
Yang penuh dengan kedamaian
Engkau adalah kebungkaman
Yang penuh dengan kebahagiaan
Engkau adalah malam
Yang penuh dengan penalaran
(Nur Jannah, 1418)
Hari ini …
Kuurungkan niat untuk berjumpa pada kekasih tercinta
Tiada sesal yang ku rasa
Justru kebahagiaan yang ada
Kerinduanku akan bertambah
(Nur Jannah, 1418)
Dalam pandanganku;
Engkau adalah karya seni yang indah
Yang menyiratkan sejuta rahasia
(Nur Jannah, 1418)
Aku ingat hari ini;
Saat aku bersama denganmu
Adas kesan yang mendalam yang muncul dari dalam dirimu
(Nur Jannah, 1418)
Ada perasaan istimewa dalam diriku terhadap dirimu
Hanya sebatas diriku dan dirimu
Kau adalah teman
Yang selalu menemani dalam setiap langkahku
Menghiburku kala hati gundah
Dan yang memberi semangat untuk tidak berputus asa
Engkaulah yang paling mengerti aku dan memahami rahasia hatiku
(Rita Sugiarti, 1418)
Seindah jiwamu
Sedamai hatimu
Itulah cintaku
Seperti kebisuan alam yang diam
Namun …
Mengandung arti yang dalam
(Ng. Nia 1418)
Kiranya engkau tahu kecantikanmu;
Engkau ibarat pelangi di senja hari
Yang hadir setelah langit membasahi bumi
(Ng. Nia 1418)
Dia yang bersuka cita
Ketika bersama
Dan dia yang merana
Ketika berpisah
Dialah yang mempunyai cinta
(Miftahul Afifah, 1417)
Cinta begitu aneh untuk difahami
Karena keluasannya yang tak terbatas
Hanya secuil isyarat-isyaratnya
Yang mampu dimengerti oleh pecinta
(Miftahul Afifah, 1417)
Cinta telah menjadikan pecinta sebagai penyair
Dan yang dicinta sebagai syair
(Miftahul Afifah, 1417)
Kecuali cinta itu sendiri
Semuanya tidak berarti
Hanya sekedar symbol pemanjaan diri
(Miftahul Afifah, 1417)
Cinta itu rasa abstrak
Yang menari-nari di dalam hati
Yang setiap saat bisa lepas kendali
(Miftahul Afifah, 1417)
Berikan dia cinta
Agar apinya tetap menyala
Dan bila tidak mampu
Setidaknya berikanlah dia harapan
Lalu kepastian
Itu lebih baik dari pada padam selamanya
(Miftahul Afifah, 1417)
Ikatlah aku
Dengan tali cintamu
Tawanlah aku
Dalam peluk rindumu
Biar jiwaku yang kaku mencair bersamamu
(Miftahul Afifah, 1417)
Bila cinta adalah kehidupan para kekasih
Bagaimana mungkin kekasih hidup tanpa cinta
(Miftahul Afifah, 1417)
Cinta itu
Kesengsaraan yang membawa kehidupan dan kematian
(Miftahul Afifah, 1417)
Permintaan dalam do'a
Dari mulut pecinta adalah;
Kesejahteraan cinta dalam jiwa kekasih
(Miftahul Afifah, 1417)
Aku percayakan hati
Tuk memilih pada dirimu yang terpilih
Maka mintalah pada hatimu
Tuk pilih siapa yang kau pilih
(Miftahul Afifah, 1417)
Memandang kekasih
Tak ubahnya memandang sinar dalam kegelapan
Kegelisahan dan keputusasaan
Hilang dalam rangkulan kebahagiaan
(Miftahul Afifah, 1417)
Saat memandangmu
Ada kebahagiaan dalam jiwaku
Tak tahu pesona apa yang meliputimu
Hanya sebuah keyakinan
Bahwa itu adalah;
Kecantikan jiwamu
(Miftahul Afifah, 1417)
Aku hanya mempunyai satu hati
Dan tak dapat terbagi-bagi
Cintaku hanya Satu
Dan jangan kau ragu
(Miftahul Afifah, 1417)
Bila tak pantas untuk mencinta
Baiklah kita mengaguminya
Tapi bila hati berkata cinta
Maka katakanlah yang sejujurnya
Sebab cinta tidak menuntut sama
(Miftahul Afifah, 1417)
Kiranya cobaan apakah
Yang dapat mengalahkan para kekasih
Bila penderitaan adalah sahabat karibnya
(Miftahul Afifah, 1417)
Kau berpaling dariku
Seolah tiada mengenaliku
Tapi aku tahu
Dari kemarahanmu adalah bukti cintamu padaku
(Miftahul Afifah, 1417)
Betapa bisa mulut ini terkunci
Ketika berhadapan dengan kekasih
Tapi kebisuan ini
Telah melebihi kata-kata
(Miftahul Afifah, 1417)
Senyummu adalah kehidupan
Maka tebarkanlah ke semesta alam
(Miftahul Afifah, 1417)
Bila sayap cintaku patah
Ku ingin kau membalutnya dengan cinta
Dan jiwamu yang perasa
Kuingin kau menyentuhnya
Hingga jiwaku yang kaku
Mencair bersama cintamu
(Miftahul Afifah, 1417)
Pandanglah aku dengan menutup mata
Dan dengarkan suara hatimu
Semoga lagu jiwaku
Bersemayam dalam benakmu
(Miftahul Afifah, 1417)
Biarkan aku dalam kesendirian
Kala kabut melanda jiwa
Dan tolong
Jangan acuhkan aku
Kala kabut sirna dari jiwa
(Miftahul Afifah, 1417)
Dalam diriku kita ada cinta yang nyata
Yang dengannya kita bisa menangis dan tertawa
(Miftahul Afifah, 1417)
Aku mencintaimu dengan tanpa sebab
Yang bila sebab itu hilang
Dapat memudarkan cintaku
Aku mencintaimu dengan hatiku
Dengan jiwa dan ragaku
(Miftahul Afifah, 1417)
Bukan karena yang tampak oleh mata
Aku mencintaimu
Tapi lebih dari sekedar aku mencintaimu
(Miftahul Afifah, 1417)
Sekulum senyummu
Lebih berharga dari seribu hariku dan harimu
(Miftahul Afifah, 1417)
Kekaguamanku terhadap dirimu
Bersumber dari ketulusan hati dan jiwa
Dimana keindahan yang nyata
Hanya melintas pada jiwa dan hati pecinta
(Miftahul Afifah, 1417)
Fikiran dan hatiku berpendapat sama tentang dirimu
Antara jiwamu dalam ragamu
Dan hati dalam sukmamu
(Miftahul Afifah, 1417)
Kali pertama dalam kesadaranku
Aku mengigau
Bahwa kekayaan dalam dirimu
Adalah pesona jiwamu
(Miftahul Afifah, 1417)
Kau bukakan tabir penghalang
Di antara jiwa-jiwa
Dan menuntun dia menjadi pecinta
Mengisi hari-harinya dengan setia
Dan cinta yang kau getarkan
Menjadikannya seorang pemabuk
Yang setiap dari nafasnya berhembus kerinduan
Dan setiap pandangannya terlihat keindahan
(Miftahul Afifah, 1417)
Hatimu telah aku jaga dengan cintaku
Dan aku minta;
Jagalah pula dengan cintamu
(Miftahul Afifah, 1417)
Walau cinta sering tumbuh
Dan tiadapun yang dapat memadamkanya
Tapi wajahmu
Adalah cahaya yang memadamkan segala cahaya
(Miftahul Afifah, 1417)
Ada hasrat untuk selalu bersama
Kala kedekatan tiada
Dan tiada kata berpisah
Kala kedekatan tiba
Malaah inilah yang membuat aku tidak menjahuinya
(Miftahul Afifah, 1417)
Jika saja kau buka jiwamu
Dan membiarkan jiwaku menyentuhnya
Pasti cinta kan bertemu dan saling berpadu
Miftahul Afifah, 1417)
Penolakan yang baik adalah;
Jika kau menyanyikan lagu cinta
Bersama dia yang terluka
(Miftahul Afifah, 1417)
Setelah aku berbicara denganmu
Aku faham dengan sebenar-benarnya
Bahwa hubungan di antara kita
Adalah suatu hal yang istimewa
(Miftahul Afifah, 1417)
Aku membayangkan;
Suatu hari diriku dan dirimu
Bersama-sama di suatu taman yang indah
Yang di sana terdiri rumah mungil yang penuh dengan bunga-bunga
Dan kita duduk berdampingan
Melihat anak-anak kita bermain
(Miftahul Afifah, 1417)
Ada kerinduan di dalam dada
Pada kekasih tercinta
Saat jiwa merasa sendiri
Dan tidak berjumpa
(Miftahul Afifah, 1417)
Ketika engkau berjalan di antara para wanita
Pandangan hanya tertuju pada langkahmu
Seakan-akan dirimu menutupi mereka dengan langkahmu
(Miftahul Afifah, 1417)
Aku tuturkan yang seharusnya aku katakan Tentang keindahan dalam dirimu
Agar engkau terjaga dalam kesadaranmu
Dan mampu menangkap rahasia jiwamu
(Miftahul Afifah, 1417)
Aku biarkan jiwaku beryanyi
Mengikuti lagu jiwa
Bersama irama-irama indahmu
Menuturkan sebuah kisah tentang cinta dan kerinduan
Lalu aku sampaikan padamu
Supaya menjadi sesuatu
(Miftahul Afifah, 1417)
Tahukan dirimu
Dalam kesendirianku ?
Ketika diriku berada di antara ruang-ruang kegelapan
Ku terbangkan sayap khayalku untuk mencapai dirimu
Dan sungguh ..
Engkau adalah cahaya
(Miftahul Afifah, 1417)
Aku tidak bisa menyembunyikan rasa cintaku terhadap dirimu
Seperti halnya bintang-gemintang yang tak sabar menunggu malam
Untuk berhias bersama bulan
(Miftahul Afifah, 1417)
Cinta mampu memperlihatkan keindahan dirinya pada diri sang kekasih melalui bibir sang pecinta
Bila dua orang saling mencinta
Bukan hanya sang pecinta yang mampu melihat keindahannya
Tapi juga orang yang melihat keindahannya
(Miftahul Afifah, 1417)
Ada sesuatu dalam dirimu yang menarik untuk dihayati
Yakni; kecantikan jiwamu
(Miftahul Afifah, 1417)
Ada kebahagian dalam hari-hariku;
Ketika aku berhadapan dengan dirimu
Dan ketika aku berkhayal tentang indahmu
(Miftahul Afifah, 1417)
Di antara yang terindah
Engkaulah yang paling indah
Seakan-akan dalam dirimu
Segala keindahan bersatu
(Miftahul Afifah, 1417)
Berdirilah di depan cirmin
Dan katakanlah pada dirimu;
Aku adalah keindahan di antara keindahan-keindahan yang dicipta oleh keindahan untuk sebuah keindahan
(Miftahul Afifah, 1417)
Kuyakinkan dirimu;
Bahwa cinta yang tumbuh dalam hatiku
Bukanlah sekedar rasa biasa
Yang dapat hilang saat aku memejamkan mata
Cintaku adalah impian yang tak pernah lekang dari ingatan
(Miftahul Afifah, 1417)
Tiga tahun dari umurku
Telah aku habiskan untuk mencintai dan merindukanmu
Tiada keraguan dalam hati untuk tetap mengharapmu
Bahkan keyakinan akan cintamu
Akan selalu membawaku dalam ingatanmu
(Miftahul Afifah, 1417)
Aku percaya dengan kekuatan cinta
Dan aku percaya;
Kalau keyakinanku atas cintamu
Akan membawamu dalam pelukanku
(Miftahul Afifah, 1417)
Aku percaya pada cinta yang kurasa
Yang memberi jalan antara jiwa dan jiwa
Dengan kesadaran aku berkata;
Begitu kuat cinta yang kumiliki
Dan begitu banyak rindu yang meliputi
Hingga keduannya
Menjelma menjadi sesuatu
(Miftahul Afifah, 1417)
Kau berhak memilih untuk jiwamu
Siapa yang kau pilih
Dan mengacuhkan bagi jiwamu
Siapa yang kau acuh
Tapi biarkan jiwaku memilih dirimu
(Miftahul Afifah, 1417)
Sedikit perhatianmu
Mungkin akan menjadi obat
Pada dia yang terluka
Di saat kematian mendekatinya
(Miftahul Afifah, 1417)
Telah kubutakan mataku untuk tidak melihat
Kutulikan kupingku untuk tidak mendengar
Dan telah ku bungkam mulutku untuk tidak berbicara
Agar cintaku padamu
Tidak berubah sedikitpun
(Miftahul Afifah, 1417)
Diammu memberi arti
Pada setiap pertanyaan hati
Dan jawaban yang kunanti
Akan muncul di pagi hari
Setelah melewati malam yang sunyi
(Miftahul Afifah, 1417)
Dalam jiwaku
Ada seribu bahasa yang tak mampu kuungkap dengan kata-kata
Namun …
Bila hatimu dapat mendengar suara hatiku di keheningan malam
Maka akan aku sampaikan kebisuan jiwaku
Pada angina yang berhembus
(Miftahul Afifah, 1417)
Cinta adalah masalah hati
Dan apa yang dikatakan hati
Adalah kebenaran itu sendiri
Bila hatimu harus memilih dia untuk tentramkan jiwamu
Maka jangan kecewakan hatimu
Sebab hati adalah keutuhan jiwa
(Miftahul Afifah, 1417)
Aku tidak bisa membaca kebisuan jiwamu dengan isyara-isyarat langkahmu
Maka ketakanlah yang sebenar-benarnya
Tentang apa yang kau rasa
Sehingga kebisuan jiwamu
Mampu aku terjemahkan dalam bahasa jiwaku
(Miftahul Afifah, 1417)
Hai manis …
Sesungguhnya engkau telah membunuhku
Harapan yang kau berikan
Membuat hatiku terlunta-lunta
Demi Allah …
Aku sudah faham
Tapi kelembutanmu membuat aku tertawan
Haruskah aku menghitung hari
Sementara yang dinanti tiada pasti
Dan kepastian apa yang aku cari
Sungguh …
Inilah yang membuat aku tersiksa
(Miftahul Afifah, 1417)
Komentar
Tulis komentar baru