Skip to Content

Cerpen

CINTA, JANGAN BURU-BURU ( Part 1 )

 

        “ Terbiasa “

 

CERPEN SRI WINTALA ACHMAD

Tuan Chairil  Cerpen: Sri Wintala Achmad

 

Maafkan Aku, Hujan!

Sepasang mata
Terbuka kala fajar tiba
Surya mengintai di balik mega
Cahayanya siap menyerbu dunia

Semakin tinggi ia
Semakin terik pula
Bumi mandi cahaya
Dahaga kian menerpa

Hari sengangar
Mawar tiada mekar
Bumi pun nanar
Seisinya mulai berkoar

Musuh Politik

MUSUH POLITIK

Karya Aslam Dhena Maysar

 

 

Debu

 

LAKI-LAKI YANG TIDAK MEMAKAI BATU CINCIN

Cerpen Badaruddin Amir

 

Ketika Perempuan Itu Meracau di Persimpangan Jalan

Di ambang pagi, di salah satu sudut perempatan jalan kota kabupaten. Dalam dunianya sendiri, perempuan itu tak henti-hentinya meracau. Sekilas dan memang entah apa yang diucapkannya, karena setiap kalimatnya selalu ngelantur. Hanya umpatan yang dapat disimpulkan meluncur deras dan nyinyir dari mulutnya. Sesekali ia meraung-raung bak anjing liar.

Kejutan dari Paman

"Aku mau ikut! Pokoknya aku mau ikut nganter Oom Doni ke Bandara!" kataku setengah berteriak.


Di Tiga Purnama itu, aku menunggu.

Sore itu mendung menyelimuti sebagian kotaku. Beberapa kali petir menyambar apa yang sekiranya sampai ia jangkau. Angin kian kencang menyapu dan mengejar tubuh-tubuh yang berlarian meneduh, layaknya lomba maraton. Aku memandang ke ujung jalan, lalu melirik jam yang bersimpuh pada pergelangan tangan kiriku. Padahal masih jam 4 sore, tapi langit seperti tak sabar menjemput malam, batinku.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler