Urip sepisan mati sepisan artinya “hidup sekali mati sekali”. Kalimat ini mengandung dua keputusan nekad. Nekad bagus dan nekad jelek. Nekad jeleknya bunuh diri.
Hari terus berlalu, minggu ketemu minggu dan bulan berganti bulan, tak terasa dua minggu lagi Denta dan kawan-kawannya akan meninggalkan sekolah yang telah menggembleng mereka menjadi generasi muda yang lebih cerdas, cakap, dan bermoral, tempat di mana mereka telah mengukir kisahnya masing-masing selama tiga tahun l
Masih tetap dalam bayangan masa lalu, Aku menatap wanita berambut pirang itu tanpa mempedulikan seorang anak kecil yang menggenggam erat tangannya. Mencoba meyakinkan diri, dadaku berkecamuk dipenuhi ribuan pertanyaan.
Setelah kira-kira empat jam perjalanan yang melelahkan dan tanpa istirahat, akhirnya kamipun tiba dipuncak gunung Ciujung ini. Kilatan petir dan derasnya hujan serta pekatnya kabut tidak pernah berhenti mengiringi perjalanan kami, namun cahaya kilat yang ada cukup membantu melihat keadaan sekeliling kami dalam mencari tempat mendirikan tenda untuk bermalam.
'Semua sudah siap?, tanyaku kepada Andi dan Firman. "Oke siip..!" jawab mereka. 'Ayo berangkat' ajakku. Dengan tas keril yang lumayan berat, ku langkahkan kakiku menyusuri jalan setapak di tengah hutan ini untuk menuju puncak. Pemberhentian kami di shelter tadi telah membuat tenagaku pulih untuk melanjutkan pendakian gunung Ciujung ini kembali.
Mbok Sinem tak kepingin menepis atau menangkis. Si mbok sengaja tak mau mau menggubris. Bukan tak ingin. Tapi,si mbok Sinem kuatir mereka tahu si mbok telah berbohong. Bukankah repot kalau malah ketahuan? Si mbok Sinem juga tak hendak berbasa basi, dengan berpura pura mencegah teman teman den Bondan pergi agar mereka tidak merasa kecewa.
Den Bondan bukan tidak mau kumpul bukan tidak mau gaul, mas. Saat ini beliau sengaja membelakangi kumpul dan gaul, karena harus mengutamakan saran dan anjuran dokter yang merawatnya. Jadi, selain harus banyak istirahat, den Bondan juga harus ikhlas dirinya dirawat. “
ORANG-orang bijak yang airf dalam menilai, selalu merasa tak pernah memiliki kepandaian untuk menyalahkan atau membenarkan, kecuali memang sudah melihat jelas adanya kesalahan di dalam kesalahan, dan nampak nyata kebenaran yang dengan kokoh membentengi kebenaran itu sendiri.
Komentar Terbaru