Aku bagai angin utara yang berhembus kencang
Nyanyian kepedihanku bergema di angkasa
Memanggil gumpalan awan hitam berkumpul
Membuatnya mendung menitiskan air mata
Aku tidak pernah tahu
kereta waktu seperti apa
yang telah membawaku hingga tiba ke detik ini
Cinta itu sepenuhnya bersemayam di dalam kalbu
Tapi aku si orang dungu mencarinya di dalam simbol-simbol
Ketika KAU nampak-kan kepadaku si anjing hitam
Burung Camarku terbang menjauh
Sebatas jauh pandang aku menatapnya
Aku punya banyak cinta
Tetapi hanya satu yang setia bagiku
Ketika yang lain meninggalkanku
Ia tetap setia disampingku
Menemaniku di dalam liang kubur
Jejak perjalanan anginku terhenti di ufuk fajar
Di bibir waktu ia menghilang dan rembulan menggigil di kejauhan
Helai-helai daun kering
Berjatuhan di sepanjang jalan itu
Musim panas, penghujan masih jauh
Gersang terasa hingga penghujung jalan
Jemari kokoh angin timur menggoyang pucuk pepohonan
Berderai-derai daun kering melayang hingga jauh
Kulihat engkau pasrah, jatuh terkulai di sisi jalan
Bila kau sudi memberiku cinta
maka berilah aku sepotong kayumu yang terbaik
Edelweis
Begitu lama kita tak jumpa
Tiga dasawarsa tiada kabar berita
Ribuan kilometer jarak memisahkan kita
Engkau bagai bara yang tak kunjung padam
Komentar Terbaru