Rambutmu yang hitam lebat tampak subur, dan terurai panjang
di sana rintik hujan berpilin senja, serupa pintalan benang sutera
Kutulis namamu pada helai kabut yang perlahan berayun turun Dengan tinta tetes embun dari sela risau daun Pagi masih bisu saat aku bergelung gelisah mengenangmu
memandang dalam kencana yang tlah menjauh
memisah batin terang menjada kelabu
tersenyum tipis menahan nyilu
melakukan alpa bentuk rasa kecewa
masih adakah rasa
walau kita tak lagi bersama?
Gelombang tautan saling menatap
Pada-Nya berpijak di atas duri-duri mati
Bekhianat bertemu harumnya melati
Membaringkan diri ketika kelam
KERETA MALAM
Melaju kencang kereta malam,
bersama angin terhempas lepas,
tersadar ku meniti jalan bersamamu,
PANDUM
diruang berhimpit tanya dan sangka,
berdesak sesak penuh cerita,
akan smua ƔªйǤ telah dilakukan,
MENOREH KALBU
ternyata....
tak seperti menyingkap tirai kepastian
yang dengan jelas memandang lepas
siapa yang bisa melihat hati orang
Komentar Terbaru