Rambutmu yang hitam lebat tampak subur, dan terurai panjang
di sana rintik hujan berpilin senja, serupa pintalan benang sutera
seindah pelangi rasa di hatimu, sepasang insan terjerat janji setia
disaksikan oleh payung yang terlepas dari genggaman tanganmu
Kata purba beracun selama berabad waktu berkelindan di pohon
bagai untaian buah apel di kebun tak bertuan, sebuah kebebasan
semua tangan boleh memetiknya, semua hati boleh merasakannya
alam kebebasan, tragedi buah apel selalu jadi kisah yang berulang
O Bidadari cantik turun dari langit terjebak ke dalam laut kenangan
tiada seorang pun yang mampu mengembalikan hatimu yang retak
dan tak ada tangan yang menyunting kelopak bunga yang buram itu
Kini rambutmu memutih, engkau bercermin diri, menatap masa lalu
menatap lagi kebun apel tak bertuan tempat cahaya muram bermula
menatap patung kesekejaban yang mengkristal abadi dalam puisimu!
******
Batam, 2016
Komentar
Tulis komentar baru