Kutulis namamu pada helai kabut yang perlahan berayun turun
Dengan tinta tetes embun dari sela risau daun
Pagi masih bisu saat aku bergelung gelisah mengenangmu
Serupa kelu hatiku yang tak pernah lagi hangat ramah kau sentuh
Disinilah, diantara kelam tak bertuan aku tertatih meraba sisa kisah
Berharap masih ada bekas jejak langkah yang kau tinggal untukku
Untuk kembali menggapai hatimu menuju tempat bertautnya rindu
Ternyata penantian berbuah luka, pencarian patah berujung nelangsa
Tahukah, sejak kepergianmu aku nyaris putus asa didera setengah gila
Detik bergulir kupendam rasa dalam hitam pusaran rahasia, sendiri saja
Sementara hanya bayang begitu bimbang gamang kupegang
Entah dimana, kau remukkan seuntai janji jadi berkeping tak bertepi
Terakhir kali, kulukis wajahmu pada langit meski tanpa renjana biru
Sakit rasanya ketika kuas mimpi-mimpimu akhirnya bukan tentang aku
Seseorang bawa terbang warnamu mengangkasa bersama kereta kencana
Dari jauh kupandangi kau berlalu, teriring alunan lara bernada kecewa
Kekasih, jika memang itu pilihan mahkota bahagiamu, baiklah akan kuusung rela
Kukemasi segala apa yang ada, penghantar esok menjemput awal yang lebih indah
Biar kutata lagi hati untuk sambut episode yang lain, cukup kusimpan kau sebagai cerita kemarin
Komentar
mengharu biru..... salam
mengharu biru..... salam sastra !!!!
Terimah kasih apresiasinya
Terimah kasih apresiasinya Bro Abdilla Ryo, saya masih perlu banyak belajar. Salam sastra kembali :)
Nice
Senang menyimaknya... Pembaca akan terbawa dalam kisah yang tertuang didalamnya.
Salam Sastra
Bro Bona Damar: saya pun
Bro Borna Damar: saya pun senang atas apresiasi anda, terimah kasih. Saya masih perlu banyak belajar lagi. Salam sastra kembali :)
Tulis komentar baru