Seratus prajurit melilit tibuhku dengan kawat berduri
Lalu karenanya kulit dagingku robek berdarah-darah
Meski tak punya arti aku akan tetap berpuisi
Untuk puisi aku mencetak diri untuk tidak menyerah
Ke tubuhku seratus pedang tajam ditebaskan
Lalu karenanya tubuhku menjadi serpihan
Meski tak punya arti puisi akan tetap kugumamkan
Untuk puisi bagiku tak ada akhir perjalanan
Beringas moncong senapan dikulumkan ke mulutku
Pelatuk ditarik senapan meledak hancur kepala
Meski tak ada arti kepada puisi aku tetap rindu
Untuk puisi aku berhenti jika mati yang bicara
Aku diikat erat dibakar abuku dibuang ke laut
Aku tidak akan pernah gentar dan tidak akan takut
Seribu masalah menghantam jiwa dicipta jadi kemelut
Untuk puisi meski tak punya arti ruhnya tak akan larut
Sembilanpuluh sembilan bidadari bugil telanjang
Menarikku gemas bercumbu bermalam panjang di ranjang
Meski tak punya arti aku tak pernah bimbang
Untuk puisi meski tak punya arti aku akan tetap garang
Dalam puisi aku bernafas dengan puisi aku bernafas
Dengan puisi kujejak bumi kupeluk langit biru
Hilang gentar hilang resah hilang takut hilang cemas
Karena aku adalah aku dan puisi itu aku
Kotabaru_Karawang_190720170959
Komentar
Tulis komentar baru