Skip to Content

Puisi sederhana

KETIKA DIA DATANG

Di tengah sekumpulan menghela,

Tubuh kerontang arang terbakar.

‘tak lagi mata dapat membeliak,

‘tak lagi mulut dapat mengecap,

‘tak lagi fikiran dapat berhayal,

DI SITU DUKA

Detik-detik penuh jeritan menggelontang

Tercekik lehernya oleh zaman

Mengeruak suara parah parau

Terselip di setiap injakan kaki penguasa.

 

PERISTIWA ITU

Kala  tangis belum mereda,

Kala dahaga membanjiri kota,

Kala jerit hati penuh duka,

Kala darah mereka menyatu bersama tanah.

 

KU DITINGGALKAN CINTA

Ku buka Ranah jiwa dalam relung sanubari yang terkoyak,

Ku terkungkung dalam kelopak mata yang tak seberapa lebarnya,

jiwa ini jatuh terluka berdarah dan bernanah,

NAMAMU PELITA

Di tengah bukit yang selalu terbangun,

Di lereng Ciremai yang agung,

Lembahnya itu rumahmu,

Gugusan setiap gagasan aslimu melaju....

 

Diam-Diam Mencintaimu

Ada yang diam-diam menyebut namamu dalam doanya, tak henti-henti berharap kebaikan dan keselamatanmu.

Rindu Butiran Hujan

Rindu seperti butiran hujan yang berkejaran di jendala bis sore itu.
Tak habis-habisnya kupandangi, hingga reda memeluknya.

Ia Mengetahui

Bahkan daun yang jatuh sore tadi di taman kita, Ia mengetahuinya....

Apa lagi hanya sekedar hatimu, yang jatuh malam ini. Tentu Ia lebih mengetahui...

 

Kita Adalah Saudara

Saudaraku, aku ingin titipkan sepotong rindu yang kemarin sempat kita bicarakan itu. Sepotong rindu yang kita rahasiakan dalam ketaatan....

Gula

Di pagi ini kita perlu banyak belajar kepada gula. Saat semua orang mencitrakan diri adalah yang terbaik.
Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler