Kasih... Aku tak cemas bila tak ada kertas untuk kutulis kata cinta. Atau pena agar cintaku ini kau baca. Karna kau tahu... Akupun tahu...
Seperti gelandangan termenung dalam emperan kosan dengan muka lusuh dan sebatang lisong Dihempaskan asap amarah dari cocotnya
Ah topeng itu tidaklah kalian melihat itu? Menari meronta
Sepasang mata yang paling nelangsa itu tahu, bahwa puisi memang selalu tentang rasa. Tak pernah ada yang direkayasa.
Mestikah pada baris ucapanmu ada kekhawaritan kebimbangan
Bukankah aku yang mengajarkan keteguhan dan keyakinan
jangan cintai aku apa adanya
Tuhan aku tidak lelah Engkau takdirkan menjadi rakyak bawah
Biarkan mereka Menjadi tinggi dengan kerendahanku
Biarkan mereka menjadi mulia karena kemiskinanku
setiap membuka pintu
selalu tebentang lanskap yang sama:
rumah-rumah berdempetan berwarna layu
Kamu adalah catatan kosong yang tercecer tak bertanggal
Tahukah kau, Kekasihku Matamu adalah akar dari segala rumusan Cinta juga rindu. Yang detik ini riuh di jantungku Dari sana, Pujaanku.
Komentar Terbaru