Skip to Content

Mei 2013

Di Sisi Pintu...

Disisi pintu, ketika hujan turun

Aku melihat matamu

Seperti puisi yang belum terselesaikan

Ada riakan hitam yang menggelantung

Menjawab tanya yang tersamar

Dalam Renta Malam

Dalam renta malam yang mulai retak.

Tiada seteru, embun bersenyawa pancuran udara.

Menabur benih-benih hari baru.

 

Tepi-tepi malam semakin terkikis,

Menoleh Ke Belakang

Berlekuk-lekuk kontur bukit dan lembah

berliku-liku alur air sungai mengalir

turun-naik roda kehidupan berjalan

 

Bergelombang ombak cobaan dan rintangan

Kayla VII

 

Menyongsong Takdir

goresan langit

garis tangan

suratan nasib

 

kulihat  samar-samar

bagai kerlip lampu suar dikegelapan

“Kolam Susu Basi”

Ba’da subuh di suatu warung kopi lalu Semerbak wanginya anyir ikan berbaur.

“Ini susu nya, pak lurah…”

" Rumpun Pelangi : Orchestra Para Peri Hitam Kecil "

ku tulis, atas rasa cinta dan prihatin kala sakitnya tanah Bangka Belitung karena penambangan timah liar oleh orang - orang tak bertanggung jawab...


"Musim Cinta"

 

Ketika kuntum cinta merekah,

Air telaga hati mengering.

Menguap keluar diri,

Mengembun menjadi kegalauan..

 

Jiwa Penyair

Tercipta puisi karena cinta dan keindahan

menggores pena karena arahan hatimu

dalam gulungan ombak keduanya menyatu

 

Bola Waktu

Bulat bentuk tubuh bola waktu

jatuh menggelinding kala purnama bersinar

bergemuruh suaranya ketika menggelinding

bagai gemuruh ombak bergulung ke pantai

 



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler