ku tulis, atas rasa cinta dan prihatin kala sakitnya tanah Bangka Belitung karena penambangan timah liar oleh orang - orang tak bertanggung jawab...
Tanahku,Rumah kaca kusamku:
Gagah berani diatas samudra,
Bertengger di barat horizon.
Tersenyum manis andai tebu hitam dan kuning.
Di pelupuk pantainya,
Ombak menyenandungkan melodi lautan,
Nyiur berlenggak lenggok menari campak,
Seirama akan petikan dambus.
Dalam surga kelekak nan hijau,
Anak-anak pelanduk berlari girang,
Kawanan kemunting dan ketakung tertunduk malu,
Di rayu para pelawan.
Geromboolan sahang pun ikut memerah pipinya.
Di sebelahnya,
Burung tekukur dan kedidi,
Berceloteh ria di lengan akasia,
Lalu saling jatuh cinta,
Pada batu satam yang elok rupawan
Hitam Hitam..
Di serut pualam…
Tapi…
Benih musnah beranak pula..
Bumi di bunting para peri…
Para peri hitam lenggok menggairahkan.
Hati manusia malang-malang,
Dirayu asmara buntu menipu,
Hingga perut bumi meletus!
“Wahai peri..
Kembalikan.. kembalikan…
Kembalikan arwah pulau ku ini..
Ranah mimpi altar pelangi.
Kastil alam alam alam…”
“jangan.. jangan lagi..
Jangann kau jangan curi…
Taburkan lagi bubuk bubuk mimpi,
Yang hangus terendam susu…”
“kembalikan rumpun kami..
Rumpun para-para pemimpi!”
Komentar
Tulis komentar baru