Skip to Content

Februari 2014

Berobor Menuju Lebak

Berobor Menuju Lebak

Kerinduanku pada subuh kecil tanpa cahaya listrik

Mobil kecil tua

merangkak pelan mobil tua penuh wibawa

di jalan datar  hangat aspal hotmik

semakin lama  lincah meluncur 

meliuk liuk di sela keramaian jalan

Mengulit Tawa

tidak kah kau lihat?

mentari di balik awan kelabu.

turut menutup awan biru.

jika ia pernah membiru di beberapa langkahnya yang akan tertuju.

AKANKAH?

Lelah, kesakitan...

Otakpun terkunci

Tahukah aku apa jalanku?

Akankah kulintasi deretan cemara di ujung jalan?

Mentari

Engkau....

Telah menghilang dalam malam.

sayup-sayup isak ku memenuhi kelabu.

Penuh, rinduku pada dirimu.

 

entah, apa yang kau lakukan disana.

MUNAJAT CINTA

MUNAJAT CINTA

Tangan ini selalu tertengadah di keheningan malam

Kupersembahkan do’a-do’a benada munajat cinta

Untukmu wahai sanjungan jiwa.

Pelabuhan Senja

Sepertinya, aku telah tersesat terlalu jauh, sehingga aku tak lagi kenali tanah yang sedang kujejak, sehingga aku tak tahu lagi, yang mana jalan untuk kembali. Entah sudah berapa jejak langkah yang telah tertinggal dibelakang.. Entah, sudah berapa satuan waktu yang telah kuhabisi.. Aku tak peduli.. Aku tak tahu, dan tak hendak ingin tahu tentang hal itu.

Asap Berfikir

            Terbakar tanpa berontak dan perlawanan, merintih karena kejamnya api dengan pasrah, menimbulkan asap yang dapat dinikmati dalam silaunya siang dan gelapnya malam. Liur asam dimanjakan, bersama cairan kafein yang nyaman melewati cerobong tenggorokan. Memaksa jantung layaknya drum dengan temponya yang cepat.

Pencakar Langit

Tanah merintih tanpa ada siuman kembali.

Hijau dirobek marah karena digunduli.

Runcing kaki para raksaksa besi menusuk perut bumi,

Cantik

Dengan bentuk tulang dan letak yang tepat

Onggokan daging pun tepat mengikat



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler