Jika kau ingat luka dan dukamu di waktu itu
Tentu kau tahu bahwa Tuhanmu tengah menantimu
tersedu di sela-sela jemari rapuhmu
Tak ada yang luput dari gelora panasku
Legam jadi arang atau mendebu jadi abu
Tapi aku berkobar hingga tak mampu membakar
Kau dengar suara hujan?
Di riuhnya, tanya kutitipkan
Apa kabarmu, tuan?
Masih jauhkah perjalanan?
Di rinai hujan, rindu kuselipkan
Seperti huruf-huruf yang berloncatan di kepala
Yang tak mampu tersusun menjadi kata
lalu menjelma kalimat berbahasa
Kamu adalah udara yang mengisi paru-paru di setiap nafas yang kuhela
Kamu adalah semesta pembicaraan pada cerita di setiap kejadian
Pernah kita berseteru
di persimpangan waktu lalu
antara jalan berliku
dan terjal penuh batu
Tujumu arah yang satu
Orang – orang berjongkok di kerumunan para majikan
Gadis kecil menangis di hadapan sepasang majikan
Dia perempuan berkerudung
Tubuh nya telanjang , membuka langit hitam
Beribu mata memandangnya
Kagum , hina akan dirinya
Matanya seperti mata burung kenuri
Pidato Basah
Komentar Terbaru