“MENCARI MAKAM AYAH”
Perkenalan para pelakon:
Sutradara : Ini adalah kisah hidup sebuah keluarga kecil, dimana sang ayah hanyalah seorang petani miskin dan sederhana. Mereka tak punya apa-apa selain sebidang tanah seluas 1 HA, karena sang ayah Cuma seorang pendatang di desa itu maka dia tak punya warisan apa-apa.
Inilah sosok keluarga Bapak Doni beserta istri dan ketiga orang anaknya.
- Bapak Doni : Kepala keluarga alias pencari nafkah keluarga.
(Aku harus pergi demi masa depan anak-anakku........)
2. Mama Mina : Dia hanyalah seorang ibu yang kerjanya Cuma mengatur rumah tangga.
(Aku ikhlas engkau pergi demi hari esok anak-anak kita)
3. Si Radith anak sulung: Baru tamat SMA
(Aku mau kuliah, Pa......)
4. Si Amel anak kedua : Siswa kelas 2 SMP
(Aku tak mau papa pergi. Kasihan mama kan sering sakit-sakit)
5. Si Bungsu Rika : Baru kelas 5 SD.
(Jangan pergi pa... jangan pergi. Rika masih kecil)
6. Pa Joko : Penolong Bapak Doni di tempat perantauan.
(Kau harus kuat, Don. Ingat istri dan anak-anakmu)
Demikianlah perkenalan para pelakonnya.
Mari kita ikuti kisah selanjutnya. Apakah Bapak Doni yang hanya seorang petani mampu meluluskan permintaan anaknya Radith yang ingin sekali melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi?
Tapi bagaimana caranya karena dia tak punya apa-apa. Bapak Doni merasa berdosa bila harus membatalkan niat suci anaknya Si Radith yang ingin sekali pergi kuliah. Langkah apa yang harus Bapak Doni ambil?
Mari kita ikuti babak-babak selnjutnya.
Selamat menyaksikan!
Layar ditutup.
BABAK I
Sutradara : Latar menggambarkan suasana di rumah Bapak Doni dimana Bapak Doni dan anaknya
Si Radith sedang duduk berbincang-bincang tentang keinginan Si Radith yang mau pergi kuliah.
Bpk. Doni : Apakah tekadmu sudah bulat untuk pergi kuliah, Nak?
Radith : Ia Pak..... Tapi apakah Papa mampu membiayai kuliahku? Kuliah itu mahal Pa, sedangkan penghasilan Papa Cuma segini. Untuk makan keluarga saja hampir-hampir tak cukup. Apalagi untuk membiayai kuliahku.
Bpk. Doni : Hemmm....... (Menghela napas panjang)
Radith : Aku punya ide, Pa!
Bpk. Doni : Apa itu Nak?
Radith : Sebaiknya aku pergi merantau 2 tahun dulu untuk kumpul uang. Setelah itu, aku pulang dan pergi kuliah.
Bpk. Doni : Jangan Nak! Jangan. Kau masih terlalu muda. Papa takut terjadi apa-apa dengan dirimu di tempat perantauan. Sekarang banyak isu yang aneh-aneh dan menakutkan. Narkobahlah, Penyakit HIV-lah dan masih banyak lagi berita lain yang Papa tak tahu istilahnya.
Radith : Jangan terpengaruh dengan gembar-gembur yang tak jelas itu, Pa! Aku pergi punya tujuan. Percayalah padaku Pa!
Bpk. Doni : Tidak! Kau tak boleh pergi! Biar Papa saja yang pergi. Sedangkan kau, pergilah kuliah saja.
(Tiba-tiba ibu masuk dengan membawa 2 gelas teh).
Ibu : Betul apa yang dikatakan papamu itu, Nak. Kami sudah merencanakannya jauh-jauh hari sebelum kau tamat SMA. Jangan bantah dengan ucapan Papamu.
Radith : Apakah ibu bisa tinggal sendirian untuk mengurus Amel dan Rika? Aku khawatir, ibukan sering sakit-sakit.
Ibu : Jangan khawatirkan ibu, Nak. Ibu sekarang sudah sehat kok. Percayalah!
(Sang ibu mengelus rambut Radith dengan manja).
(Bersamaan dengan itu, masuklah Amel dan Rika yang mau pamit karena hendak ke sekolah).
Amel : Bu... Pa.... kami mau pergi sekolah dulu.
(Amel dan Rika pamitan sambil mencium tangan orang tua juga kakak mereka si Radith).
Ibu : Hati-hati di jalan, nak!
Bpk. Doni : Jangan nakal di sekolah, ya!
Amel+Rika : Ia Pa...... Bu.......... Da........ da........ (Berjalan keluar).
Layar ditutup.
BABAK II Adegan I
Sutradara : Latar menggambarkan suasana kerja Bapak Doni di Kalimantan.
Bapak Doni sedang membersihkan sensor bersama Pak Joko yang adalah pembantunya karena pekerjaan Bapak Doni adalah sebagai tukang sensor. Apa yang diperbincangkan Bapak Doni dan Pak Joko ini? Kelihatan mereka begitu serius.
Mari kita ikuti adegan ini!
Bpk. Doni : Yah! Sudah hampir 4 tahun lebih aku bekerja di sini dan aku sama sekali belum punya tabungan, karena semua uangku kupergunakan untuk keperluan Si Radith di tempat kuliahnya. Entah kapan habis akupun tak tahu. (Menarik napas panjang).
Pa Joko : Uangmu kan lari pada sasarannya, Don. Bukan kau pergunakan untuk berfoya-foya tanpa tujuan. Lain dengan aku. Kan aku tak punya istri dan anak. Jadi setiap bulan uangku habis tanpa bukti.
Bpk. Doni : Betul katamu Joko. Tapi kapan Radith habis kuliah dan wisuda? Rasanya aku sudah sangat letih dan lelah dengan pekerjaanku ini. Barangkali karena usiaku juga. Aku sekarangkan sudah 54 tahun, jadi aku sudah cukup tua, Joko.
Pa Joko : Ah, kamu ini Don. Radith kan sudah habis PPL dan KKN jadi tinggal susun Skripsi dan ujian. Setelah itukan selesai. Tinggal tunggu tanggal wisudanya.
Bpk. Doni : Joko........ Joko. Kamu memang enak ngomongnya tapi aku yang pusing memikirkannya.
(Melanjutkan membersihkan sensor)
Layar ditutup.
Adegan II
Sutradara : Tampak Bapak Doni dan Pa Joko sedang bekerja. Tiba-tiba Handphone Bapak Doni berdering. Siapa kira-kira yang menelpon Bapak Doni? Dan apa tujuannya?
Mari kita ikuti adegan ini!
(Bapak Doni mengangkat Hp dan melihat nama yang muncul di layar Hp. Dan ternyata Si Radith anaknya).
Bpk. Doni : Hallo Dit.
Radith : Hallo juga Pa..... selamat pagi dan apa kabar Pa?
Bpk. Doni : Pagi juga Dit. Alhamdullilah papa sehat-sehat saja nak.
Radith : Pa.... ada kabar baik buat papa. Bulan depan aku wisuda Pa. Aku baru selesai ujian skripsi. Dan aku lulus dengan IPK 3,50 Pa.
Bpk. Doni : Apa? Kamu mau wisuda? Tuhan........ Puji Syukur padaMu Ya Allah, akhirnya anakku selesai juga. Terima kasih Tuhan.......!
Radith : Ya pa.... Ini semua berkat kerja keras papa dan doa dari mama. Oh ya pa....... Entah ada uang atau tidak, bulan depan papa harus pulang dan bersama mama mendampingi aku di saat hari wisudaku. Aku sangat bahagia bila papa dan mama hadir di hari bahagiaku.
Bpk. Doni : Ya... nak, papa pasti pulang karena papa juga sudah rindu untuk bertemu keluarga. Kamu dan adik-adikmu pasti sudah dewasa semua. Oh... Tuhan, terima kasih banyak. Rupanya perjuanganku tidak sia-sia.
Radith : Ia toh pa...... Siapa dulu anaknya. Kan aku pintar kayak papa juga. Ehemmmm......
Bpk. Doni : Radith .......... Radith.
Radith : Oh ya pa....... Aku tutup dulu ya. Aku mau ke kampus nih!
Bpk. Doni : Iya nak..... hati-hati, ya!
Radith : Oke, makasih pa........ (Hp mati).
Sutradara : Bapak Doni melanjutkan pekerjaannya. (Diperankan/dilakonkan)
Karena saking bahagianya, Bapak Doni lupa menambah oli di sensornya sehingga rantenya tersendat dan putus. (Diperankan/dilakonkan) (Pengaturan musik rante sensosr tersendat)
Dan apa yang terjadi? Sekujur tubuhnya bermandikan darah.
Kaki sebelah bapak doni putus kena rante sensor. (Diperankan/dilakonkan).
Karena darah keluar terlalu banyak dan rumah sakitpun sangat jauh maka nyawah Bapak Doni tak dapat ditolong.
Pa Joko : Doni........... Don.... Bangun Don. Kau tidak boleh pergi. Kau harus pulang kampung Don.... kau harus kuat. Radith mau wisuda, Don.......... Doni...... (Menangis sambil merangkul bapak doni yang tak bernyawah lagi).
Sutradara : Kasihan bapak doni. Dia meninggal di saat dia tahu hari wisuda anaknya. Semua perjuangannya sudah membuahkan hasil. Radith mau diwisuda. Amel sudah tamat SMA dan si bungsu Rika sudah tamat SMP dan mau masuk ke SMA.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Mari kita ikuti babak terakhir dari kisah ini!
BABAK III Adegan I
Sutradara : Setelah usai wisuda, Radith mengambil keputusan untuk pergi ziarah ke makam papanya di Kalimantan, sebagai ungkapan terima kasihnya kepada bapaknya, walaupun hanya dengan membawa sebungkus lilin. Radith sangat menyesal karena papanya tidak mendampinginya di hari bahagianya. Keinginan papanya untuk hadir menyaksikan hari wisudanya tidak terwujud. Kasihan pak doni. Bagaimana kisah selanjutnya, apakah Radith berhasil sampai ke makam papanya di Kalimantan?
Mari kita ikuti babak terakhir dari kisah ini.
Selamat menyaksikan!
Latar menggambarkan suasana di rumah Pak Joko di Kalimantan.
Radith : (Tok... tok...tok) mengetuk pintu. (Lakonkan)
Pa Joko : Siapa di luar? Silakan masuk.
Radith : Terima kasih Pa. Betul di sini rumahnya Pa Joko?
Pa Joko : Betul nak....... saya sendiri. Kamu........ kamu..... (mengingat wajah di layar hp Bapak Doni)
Kamu Radith ya? Nak Radith anaknya Pak Doni?
Radith : Ya pak..... Betul. (Berpelukan. Radith menangis dalam pelukan Pak Joko).
Pa Joko : Kasihan papamu, Nak. Dia begitu ulet, penyabar, dan tidak pernah marah. Aku kagum padanya, nak. Biarpun cape, dia selalu tersenyum gembira. Kamu mirip betul sama almahrum ayahmu. Mari, silakan duduk nak! Kamu istirahat dulu, nanti sore baru kita ke makam ayahmu.
Radith : Jangan Pak, sekarang juga kita ke makam papa. Aku sudah tidak tahan mau melihat makam papa. Aku rindu sama papa. (Menangis........)
Pa Joko : Makam papamu cukup jauh dari sini jadi kamu makan dan istirahat dulu. Kamukan cape baru turun dari kapal. Nanti sore saja kita ke sana.
Radith : Baik pa.......
Layar di tutup.
Adegan II
Sutradara : Radith dan Pa Joko berjalan menuju ke makam papanya.
Inilah suasana di makam Bapak Doni.
Pa Joko : Inilah makam papamu, nak.
Radith : (Jatuh ke makam papanya) Pa........ papa..... (menangis) (Musik)
Karena aku papa harus pergi. Karena aku papa harus berpisah dengan kami.
Semua papa lakukan hanya untuk kami.
Kita orang susah pa.........
Kita orang yang tak punya apa-apa.
Kita orang miskin pa..... sehingga papa harus pergi jauh dari kami.
Lihatlah ...... ini aku anakmu pa......
Ini pakaian wisuda dan ijasahku.
Semuanya sudah kudapatkan karena kerja keras papa....
Tuhan...... apa mauMu ini?
Apa rencanamu buat keluarga kami. Kami tidak kuat Tuhan.
Kami tidak mampu berpisah dari papa.
Kembalikan papa kami Tuhan........ Kembalikan papa kami.
Kenapa papa harus pergi di saat kami masih sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian papa.......... (menangis)
Maafkan aku pa, maafkan kami anak-anakmu, maafkan juga mama, pa. Maafkan kami semua.
Kami tak dapat membalas jasa papa. Hanya Tuhan yang tahu ketulusan hatimu papa.
Terima kasih banyak papa......... selamat jalan papa...........
Doa kami senantiasa menyertai perjalanan papa menuju rumah Bapa di Surga.
Oh papa............. (menjerit)
Layar ditutup.
Demikianlah kisah hidup Bapak Doni yang dengan susah payah memperjuangkan nasib dan masa depan anak-anaknya. Sampai-sampai nyawahnya dia pertaruhkan untuk kehidupan keluarganya.
Bapak Doni adalah figur seorang ayah yang patut kita teladani.
Sekian dan terima kasih.
Camelia Fernandez
Komentar
Tulis komentar baru