"INIKAHTAKDIR”
Pagi itu dengan agak malas Dony pergi ke sekolahnya yang berjarak sekitar satu setengah kilo meter dari rumahnya. Biasanya Dony berpamitan dulu pada mama dan bapak sebelum berangkat. Tapi, entah kenapa hari itu Dony pergi begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu. Barangkali kemarin seharian penuh Dony antar jemput penumpang pasar karena selain pelajar, ia juga seorang tukang ojek. Dony seorang anak yang cukup ulet mencari uang untuk membantu orang tuanya yang punya pekerjaan hanya sebagai seorang tukang kayu. Hasil dari usahanya, sebagian untuk biaya sekolahnya dan sisa untuk membayar cicilan motornya.
Dengan bermodalkan rajin dan jujur maka tidak heran kalau Dony sangat disayangi orang tua juga teman-temannya di sekolah. Ia juga termasuk siswa berprestasi di kels tiga Jurusan Bahasa itu.
Dony mempunyai seorang kakak perempuan yang sudah duduk dibangku kuliah dan seorang adik laki-laki yang masih duduk dibangku SMP. Mereka Cuma tiga bersaudara. Walaupun demikian, keluarga mereka cukup bahagia karena mereka saling menghormati satu sama lain.
Siang itu, sebelum sekolah usai Dony sudah pamit pulang duluan. “Bu, , , Dony izin pulang duluan karena saya lagi tak enak badan ” ibu guru Bahasa Indonesianya yang kebetulan berpiket hari itupun dengan ramah memberi ijin. “Pulang rumah jangan lupa minum obat dan istirahat ya, Don… ” begitulah pesan ibu guru saat mengantar Dony sampai di pintu ruangannya. “Iya, Terima kasih dan selamat siang ibu.” Ia memberi angguk pada ibu guru yang juga adalah wali kelasnya itu.
Tapi, Dony tak langsung pulang ke rumah. Dia singgah istirahat di rumah temannya dulu. Barangkali Dony malas pulang rumah karena saat itu mamanya ada di Kupang menjenguk kakaknya yang kuliah di sana. Atau entah alasan apa lagi yang penting saat itu Dony sangat malas pulang ke rumahnya. Sampai sore pukul 15.00 baru Dony beranjak dari rumah temannya menuju rumahnya. Tiba di rumah, ia diomeli ayahnya. “Kenapa jam begini baru sampai rumah, nak? Apakah tadi engkau langsung ojek dulu? Lalu dimana engkau makan siang tadi? ” Dony Cuma menjawab malas “saya makan di rumah teman dan tertidur di sana, maaf ya pa.! ” Tanpa menunggu jawaban ayahnya Dony langsung ke kamar dan merebahkan diri di tempat tidur sampai akhirnya dia tertidur lagi. Jam 6 sore Dony baru terjaga dan ternyata temannya Ranji dan Peter sudah duduk lama menunggu di teras rumahnya. Mereka datang menjenguk Dony karena sudah jam segitu, Dony belum hilir mudik dengan motor ojeknya. Mereka datang dengan membawa susu dan biskuit sebagai buah tangan buat temannya yang dikira sakit itu.
“Peter, karena mama tidak ada maka tolong engkau buatkan susu tuk kita bertiga, ya! Airnya ada ditermos dan saya ke kios beli rokok dulu.” Begitulah pesan Dony sebelum berangkat ke kios dengan mengendarai motor temannya. Maklumlah sudah remaja maka Dony pun sudah mulai belajar merokok seperti temannya yang lain. Umur Dony waktu itu 17 tahun 6 bulan. Sungguh Dony sudah mulai beranjak remaja.
Sepulang dari kios itulah musibah itu menimpahnya. Karena kaget seekor anjing yang melintas jalan, dony hilang kendali, saat ia banting stir tapi batu besar di depannya tidak dia perhatikan maka SIAL tak dapat dielakkan, Dony terpelenting dan kepalanya terpukul pada batu besar itu. karena benturan yang sangat kuat maka Dony pingsan dan tak sadarkan diri selama 4 jam. Darah bermandian disekujur tubuhnya. Saat itu juga Dony dilarikan ke Puskesmas terdekat dan ketika subuh karena keadaan Dony semakin parah maka dia di rujuk ke Rumah Sakit umum. Tapi kehendak Tuhan tak dapat kita bantah karena di pertengahan jalan Dony menghembuskan nafasnya yang terakhir di pangkuan Ayahnya tersayang. Sedangkan mamanya hari itu juga tiba dari Kupang dengan sebuah kapal Fery. Tapi ia tak sempat mengucapkan selamat jalan buat putra kesayangannya. Hanya air mata dan doa yang mengiringi kepergian buah hati yang sangat mereka cintai itu. Sungguh, Takdir Memang Kejam….!!!
Komentar
Tulis komentar baru