Tuhan tak pernah memandang apa yg melekat di tubuh. Adapun memandang cuma prediksi kebiasaan umum. Yg dihasilkan persepsi rasio yg terkadang mengecohkan akal. Ada yg bertopeng sama dengan wajahnya, bahkan sebaliknya dengan itu.
Kemarin aku pergi ke pasar sendiri, banyak ku temui wajah-wajah orang yg penuh dengan rahasia, dan aku pun tak bisa mengungkap dengan seribu mantra. Kurang lebih 1,5 km dari rumahku ke pasar aku jalan kaki, tanpa kendaraan yg bisa ku naiki. Ingin pinjam sepeda onthel milik tetangga sebelah, tapi aku urungkan, karena aku lihat mau di bawa ke rumah saudanya. Dan akhirnya aku sampai, meski tenggorokan terasa kering. Sebenarnya tujuanku ke pasar cuma ingin lihat-lihat buku lowakan. Mungkin saja ada buku yg bagus, aku pasti membelinya. Meskipun harganya mahal, aku tetap akan membelinya, entah mengumpulkan uang terlebih dahulu. Dari situ aku melihat sekilas ada buku tebal yg terlihat sangat usang di tumpukan buku paling bawah. Entah kenapa aku sangat tertarik pada buku itu. Aku pun meminta untuk diambilkan buku itu, dan langsung aku tanya harganya. Penjual buku itu sejenak diam, berfikir mencari harga yg pas. "Rp. 25.000 ae wes le". Tanpa tawar menawar aku langsung bilang, "niki yotrone pak" sambil aku sodorkan uang kepadanya, dan langsung pulang kerumah dgn hati yg penuh rasa senang bercampur penasaran karena ingin segera membaca buku yg baru aku beli ini.
--= Bab II =--
- 2286 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru