Skip to Content

Dongeng: Beringin Arlen

Foto Muhammad Ridwan Tri Wibowo

DAHULU kala, di Negeri Alton, tepatnya di desa Arlen. Tumbuhlah pohon beringin yang berbatang hidung dan berdaun telinga, yang menggemparkan negeri hingga akhirnya terdengar oleh raja Barrow.

Raja Barrow diselimuti rasa penasaran. Untuk menghilangkan keraguannya, raja Barrow meminta pengawal kerajaan mengantarkannya ke desa Arlen.

Di perjalanan raja Barrow  berkata, “Siapa yang membuat dan menyebarkan berita palsu ini akan kubunuh!” dengan mengacungkan pedang ke arah pengawalnya.

“Lalu bangkainya, kujadikan sarapan para anjing di istana megahku,”  tambahnya dengan raut wajah yang bisa membuat anak kecil kesurupan. Para pengawal kerajaan hanya bisa menunduk dan menghamba padanya.

Sore hari, raja Barrow tiba di tempat pohon beringin itu tumbuh, dan menemukan kebenaran dari cerita yang didengarnya. “Siapa yang menanam beringin ini?” tanya Raja Borrow kepada salah satu rakyat desa Arlen.

“Maaf,  Paduka. Hamba tidak tahu siapa yang menanamnya. Beringin itu tiba-tiba ada dan langsung tumbuh sedemikian rupa. Beribu ampun, Paduka.” jawabnya dengan raut wajah seperti selembar kertas yang dimasukkan ke kantung dengan dikepal-kepalkan. 

Merasa apa yang dilihatnya bisa menghasilkan uang yang besar. Raja Borrow mengambil keputusan untuk menjadikan desa itu sebagai tempat rekreasi. Awalnya rakyat merasa senang karena desanya yang tadi sepi berubah menjadi ramai dan dikenal banyak orang.

Tapi, itu tak berlangsung lama. Rakyat desa mulai merasa risih dan keberatan dengan tamu yang bersikap kurang menghargai dan berpotensi merusak keindahan desa Arlen. Apalagi, uang diperoleh dari pohon beringin itu tidak pernah sampai ke tangan rakyat desa Arlen.

Dan, raja Borrow menetapkan harga sewa untuk rakyat desa Arlen, yang ingin berjualan di sekitar tempat rekreasi tersebut.

Raja Borrow mengundang makan malam raja Elliot dari Negeri Carden ke istana dan mengajaknya ke desa Arlen. Raja Elliotyang meragukan ucapan raja Borrow, terlihat syok saat melihat kebenarannya.

Ia yang terkenal kaya raya langsung membuat penawaran menarik kepada raja Borrow. Karena kerakusannya, raja Borrow akhirnya menjual desa Arlen kepada raja Elliot.

 ***

SEPULUH tahun kemudian, desa Arlen mengalami perubahan yang positif bersama raja Elliot. Rakyat desa yang ingin berjualan tidak perlu membayar sewa dan uang dari rekreasi pohon beringin dibagi rata kepada rakyat desa.

Melihat rakyat desa Pemuda bahagia dan raja Elliot yang semakin kaya membuat raja Borrow menjadi iri hati.

Pada suatu malam, raja Borrow dan para prajurit kerajaan berniat membunuh seluruh rakyat desa Arlen dan orang-orang kepercayaan raja Elliot, serta berniat ingin menebang pohon beringin itu.

Namun, sayangnya, batang pohon beringin yang berhidung mampu mengendus dan daunnya yang bertelinga mampu mendengar pergerakan prajurit kerajaan Borrow. Beringin tersebut ternyata bisa berbicara dan menyuruh seluruh rakyat desa Arlen untuk melarikan ke negeri seberang.

Raja Barrow yang melihat kenyataan, bahwa rencana membunuhnya gagal langsung menuju langkah berikutnya. Ketika sampai di lokasi beringin, raja Borrow mengarahkan prajuritnya untuk menembang beringin tersebut.

Ajaibnya, batang dan daun beringin tersebut mengeluarkan benda lengket dan bau--berwana kecoklatan, lalu dari benda lengket itu keluar seorang manusia setengah dewa yang berhasil melumpuhkan pasukan kerajaan, serta berhasil membuat raja Borrow lari kalang kabut masuk hutan.

 ***

BEBERAPA hari kemudian rakyat kembali ke desa Arlen dengan perasaan sedih ketika mengetahui rumahnya telah hangus terbakar. Setelah mengetahui rumahnya terbakar, rakyat desa Arlen bersama-sama menuju pohon beringin.

Lalu, mereka menemukan seorang setengah dewa sedang bertapa di bawah rindang dedaunan pohon beringin—anehnya pohon beringin tersebut sudah berbatang dan berdaun selayaknya normal pohon beringin.

Tak lama kemudian, manusia setengah dewa itu membuka mata dan berkata, “Wahai saudaraku! Aku bisa mengembalikan rumahmu seperti sedia kala. Namun, aku punya satu permintaan yang harus kau tepati,” ucapnya memberikan penawaran.

“Jadikan tempat ini sebagai tempat pertujukan teater, puisi, drama, dan kegiatan kebudayaan lainnya. Minimalnya dilakukan enam bulan sekali dalam setahun. Apabila saudara melanggar, saudara nanti akan merasakan sendiri akibatnya,” lanjutnya.

Hingga enam bulan pertama, rakyat desa Arlen tidak melakukan perintah dari manusia setengah dewa. Dan, akhirnya bencana datang, salah satu anak berumur tujuh tahun di desa Arlen hilang selama beberapa minggu dan belum ditemukan.

Setelah melakukan musyawarah, rakyat desa Arlen melakukan perintah manusia setengah dewa. Beberapa hari kemudian, anak tujuh tahun itu keluar dari pohon beringin.

 

 

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler