DONGENG REALITA
By ; Yanti SPd Chaniago
Suatu hari aku berkesempatan mengunjungi sebuah 'negeri dongeng'. Perlahan
aku memasuki sebuah gerbang 'kepura-puraan' , aku disambut dengan senyum
'kepalsuan' para penghuninya, aku disuguhkan pemandangan yang indah penuh
'tipuan', ditawarkan hiburan dan juga jamuan 'kebohongan'.
Sejenak aku terpana melihat semuanya, kagum atas semua pesona yang ada,
yang begitu elok dan serba 'gemerlap', sangat 'indah' dipandang mata.
Aku diajak berkeliling ke tiap penjuru negeri, didampingi oleh para dayang istana
yang penuh keramahan 'palsu' dan tampak begitu 'bersemangat' memamerkan
kemolekan 'negeri dongeng' mereka.
Sepanjang jalan aku melihat wajah-wajah bersahabat tersenyum 'imitasi', sapaan
yang hanya 'basa-basi', teguran 'kamuflase' yang ramah dari setiap orang yang ku
temui. Aku terus berjalan bersama dayang-dayang itu, yang dari tadi ramah sekali
dan 'setia' menemaniku.
Dalam perjalanan aku melihat begitu banyak 'topeng-topeng' kepalsuan berceceran,
demikian banyak 'kehormatan' yang 'digadaikan', alangkah banyak 'harga diri' yang
'diperjualbelikan', 'bangkai-bangkai' rekayasa berserakan dimana-mana, pilar-pilar
'manipulasi' berdiri di tiap sudut, 'wajah-wajah tanpa dosa' berseliweran kian kemari,
sibuk dengan 'visi' dan 'misi' nya sendiri-sendiri.
Puas berkeiling, aku diajak kembali ke 'istana' negeri. Aku dipersilahkan duduk di
kursi tamu 'kehormatan', disuguhi minuman dengan cangkir emas 'kebanggaan',
mangkok perak 'kewibawaan', ditemani alunan manis lagu 'sandiwara' kehidupan.
'Sang Raja' dengan penuh 'kharisma' bercerita tentang keseharian 'rakyat'nya yang
'bahagia', hidup dalam 'fatamorgana' kesejahteraan, serba berkecukupan 'miris'nya,
tanpa kekurangan 'sesuatu' apapun, karena sang raja tak pernah sedikitpun lengah
'memperhatikan' rakyatnya, dan selalu 'mewakili' hak-hak mereka.
Setelah menyantap jamuan dari istana, tiba-tiba perutku terasa mual, akupun segera
permisi ke belakang dan memuntahkan semua 'isi perut'ku. Alangkah terkejutnya aku,
ternyata yang ku santap tadi adalah 'tulang-tulang' manusia tanpa dosa, berbumbukan
'peluh' dan 'berkuahkan' airmata dari rakyatnya sendiri. Aku jadi bergidik, ngeri.
Subhanallah.. aku mencubit pipiku sendiri, terasa sakit. Ternyata aku bukan sedang
bermimpi. Aku baru tersadar kalau semua ini bukanlah di 'negeri dongeng', seperti
dalam cerita, tapi ini kejadian nyata dalam ' DONGENG REALITA ' dari Negeri Kita
Tercinta.
Naudzubillahi Mindzaaliq .. ! .. Astaghfirullah Al'adziiim .. !
Bengkulu , 7 Maret 2014
Komentar
Tulis komentar baru