Al Husni, sosok pria yang sangat dihormati sebagai panutan di kampung ini mulai jarang menampakkan batang hidungnya. Sudah beberapa hari ini dia tidak pergi ke masjid seperti biasanya. Tak ada yang tahu mengapa dia bersikap demikian. Tak pernah kami mendengar kabar miring mengenainya. Beliau memang masih muda, belum menikah dan selama ini aktif dalam kegiatan berbau religi. Menjadi pendakwah, guru ngaji untuk anak-anak, bahkan kadang beliau juga diperintah Pak RT untuk menjadi penasehatnya. Al Husni lulusan sarjana Agama di Universitas Mesir. Dulu dia mendapatkan beasiswa dari pemerintah, karena nilai pelajarannya selalu baik. Dalam soal mengaji dia memang juaranya. Lafal, tajwid, dan intonasi yang dihasilkan dari bibirnya itu mampu membuat pendengarnya terpukau. Pemuda berparas tampan dengan wajah agak kearab-araban ini sudah menjadi idola bagi kaum hawa. Apalagi norma dan akhlak yang dimilikinya, tapi entah kenapa Al Husni tidak tertarik untuk mendekati salah satu gadis yang ada di kampungnya itu.
Di sore hari, Himma gadis yang tinggal di kampung itu, yang rumahnya tidak jauh dari Al Husni mencoba mencari Husni di Masjid. Setiap sore Husni pasti mengaji di masjid hingga adzan maghrib dikumandangkan. Namun sore itu Himma tidak menjumpai Husni yang biasa ia lihat di masjid. Lantas ia mencoba mendatangi rumahnya, namun tak juga ia menjumpai Husni. Rumahnya kosong tak ada seorangpun. Selama ini Husni tinggal berdua bersama ibunya, karena ayahnya gugur saat menjalankan tugas di Singapura. Himma semakin bingung dengan Husni, iapun bertanya pada Pak RT. Namun Pak RT hanya membisu saat Himma bertanya. Masjid menjadi sepi, tak ada lagi yang mendengar suara merdu Husni. Para warga mulai terbiasa dengan tidak adanya Husni, kecuali Himma. Mungkin ia selama ini sudah menaruh hati pada Husni, namun Husni tidak mengetahui hal itu. Himma menjadi gadis pemurung di rumahnya, ibunya khawatir tentang Himma. Ia tidak mau makan, dan minum. Hingga akhirnya jatuh sakit.
Suatu hari Himma bermimpi tentang Husni. Di dalam mimpinya itu, Husni sedang melakukan perjalanan jauh dan berat bersama serombongan orang. Nampak wajah gelisah di wajah Husni, tiba-tiba Husni memanggil nama Himma. Dan saat itu juga Himma terbangun. Dia merasa aneh dengan mimpi itu. Perasaan gelisah semakin menjadi-jadi. Bisa dikatakan bahwa Himma saat ini mengalami tekanan batin dan membuatnya tidak waras. Dia sering berbicara sendiri, seolah-olah Husni berada di hadapannya. Terkadang ia juga menjerit tak jelas. Ibunya tak mampu melihat keadaan anaknya itu. Dan pada akhirnya Himma dititipkan di Rumah Sakit Jiwa. Himma menjadi pasien disana. Memang benar kabar Husni seolah mati ditelan ombak dan tak tersisa.
Tiga tahun kemudian, Himma masih sama dengan keadaannya, namun lebih agak pendiam. Ramli saudara jauh Himma yang berniat untuk melamar Himma di tahun depan mencoba untuk menjenguk Himma. Himma sama sekali tidak mengenal Ramli, bahkan dia sempat mengamuk ketika Ramli mendekatinya. Ia berteriak keras memanggil nama Husni.
“Husniku.. kembalikan Husniku… Husni yang selama ini kutunggu!!”. Teriak Himma semakin membuat Ramli susah untuk mendekatinya. Ramli merasa prihatin dengan keadaan Himma, dia memutuskan untuk pergi dari sana dan mencoba mencari tahu mengenai Husni. Dia mendatangi ibu Himma.
“sebenarnya siapa Husni itu bu?”. Tanyanya pada ibu Himma.
“Husni adalah pemuda baik yang sangat dicintai Himma, namun Husni menghilang dari kampung dan tidak ada seorangpun yang mengetahui keberadaannya, nak Ramli”.
“Apa benar tidak ada yang tahu?, jujur bu saya mencintai Himma. Namun melihatnya seperti itu saya jadi kasihan kepadanya. Apa Husni tidak akan kembali ke kampung ini? Minimal untuk menjenguk Himma”
“ibu juga berharap Husni itu pulang lagi ke kampung, rumahnya tidak ada yang merawat. Husnilah yang bisa menolong Himma”. Sambil menangis Ibu Himma bercerita pada Ramli.
Ramli semakin bertekad untuk menemukan Husni, bagaimanapun caranya. Ia kemudian mendatangi rumah Husni yang tidak jauh dari rumah Himma. Kemudian ia mencoba mendobrak pintu yang masih di gembok itu. Tak kunjung berhasil, ia memecah jendela rumah Husni. Melihat sikap Ramli yang arogan itu, salah satu warga yang melintas disana mengadu ke Pak RT. Datanglah Pak RT untuk menghentikan Ramli, namun Ramli sudah berhasil memasuki rumah Husni. Pak RT juga memasuki rumah itu, di tariknya tangan Ramli.
“jangan kau lancang seperti ini, anak muda”. Cegah Pak RT pada Ramli.
“aku hanya ingin mengetahui informasi tentang kepergian si Husni Pak, biarkan saya mencari informasi di dalam rumah ini”. Ramli melanjutkan langkahnya, dan memasuki sebuah ruangan. Pak RT merasa kesal dengan tindakan Ramli, dia mengambil korek api di sakunya dan mencoba membakar rumah itu. Namun korek api milkiknya tidak bisa di nyalakan. Ramli menemukan sebuah surat di atas meja, ia mengambil dan membaca surt itu. Namun secepat mungkin Pak RT menyahut surat itu dari tangan Ramli. Ramli mencurigai Pak RT yang bersikap seolah-olah menutupi kepergian Husni, ia mencoba mendesak Pak RT dengan beberapa pertanyaan.
“aku tahu, Pak RT ada di balik semua ini?, katakana yang sebenarnya Pak!”. Bentak Ramli kepada Pak RT.
“apa maksudmu, kau ini warga luar.! Tidak boleh mencampuri urusan kampung ini. Segera tinggalkan kampung ini atau warga akan memasamu!”. Pak RT mengancam Ramli dengan nada galak.
Ramli mencoba merebut surat itu dari Pak RT, terjadi perkelahian di rumah Husni. Warga yang berada di luar rumah merasa resah dan bingung apa yang terjadi di dalam rumah. Tiba-tiba istri Pak RT datang kesana bersama Husni. Warga yang melihat kedatangan Husni merasa senang dan menyambutnya dengan baik. Husni datang dengan wajah penuh amarah dan gelisah. Dimasukinya rumah yang berantakan itu bersama istri Pak RT. Segera istri Pak RT itu berlari memisahkan Pak RT dengan Ramli. Pak RT sangat marah karena istrinya membiarkan Ramli mendapatkan surat itu. Husni melihat keji kea rah Pak RT kemudian memukul wajahnya dengan keras. Pak RT terjatuh dengan wajah penuh luka. Ramli memandang takut kea rah Husni, Husni mengangguk pertanda mengizinkan surat itu dibaca Ramli.
Ramli membaca surat itu dengan seksama, ia bingung sekaligus tidak percaya dengan apa yang dia baca. Surat itu berisi tentang perintah Pak RT kepada Husni untuk meninggalkan kampung selama-lamanya, beserta ancaman kepada Husni yang menyatakan kalau Husni tidak pergi, maka ibunya dalam keadaan berbahaya. Ramli menyerahkan surat itu pada Husni, kemudian Husni mengucapkan terima kasih pada istri pak RT karena telah memberitahu keberadaan ibunya. Selama ini Husni mengetahui kebiasaan pak RT yang menghimpun dana warga secara serakah, dan dia menggunakan uang itu untuk keperluan dirinya sendiri. Karena itulah, Pak RT mengirimnya pergi dan menahan ibunya dip anti jompo. Namun suatu malam istri pak RT mengetahui kejahatan suaminya dan memutuskan untuk mengirim surat kepada Husni. Selama ini dia menganggap Husni pergi karena tugas yang diberikan oleh pak RT. Namun itu semua adalah sandiwara dari pak RT. Mengetahui itu semua Ramli menjelaskan keadaan Himma kepada Husni, dan meminta Husni untuk menjenguk Himma. Namun sebelum menjenguk Himma, Husni memutuskan untuk menjemput ibunya yang berada dip anti jompo. Kemudian mereka bertiga pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Himma. Melihat kedatangan Ramli, Himma berdiri dan mendekat ke arah Husni.
“apa benar kau Husniku? Husni yang selama ini kutunggu?”
“Himma, aku Husni.. Al Husni yang selama ini kau tunggu”
“apa kau akan pergi lagi dari kampung?”
“aku.. aku tidak akan pergi dari sini kecuali bersamamu, aku rindu dengan sosok Himma yang setia mendengarkan setiap lantunan AL Qur’an yang kubacakan”
“jadi, selama ini kau tahu kalau aku menyukaimu??”
“iya, karena aku juga menyukaimu, aku selalu menunggumu datang ke masjid”
Mereka berdua berpelukan, Ramli menangis bahagia melihat Himma bisa kembali normal dengan kehadiran Husni.
Pak RT akhirnya dilaporkan istrinya ke kantor polisi, dan dipenjara. Ramli kembali ke kampungnya setelah menghadiri pernikahan Himma dan Husni. Mereka hidup bahagia dan membangun tempat pengajian untuk anak-anak. Kampung itu kembali hidup, masjidnyapun kembali ramai dan dipenuhi dengan suara-suara lantunan kitab suci Al Qur’an.
Perginya Al Husni
- 777 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru