Pada loncatan ke tiga aku berdiri di sebuah batu,
persis ketika air menikung dan menuju lekukan berikutnya.
Sebenarnya loncatan ini tanpa kusengaja,
aku menghindari percikan air yang hampir mengenai celanaku
Aku lihat dengan jelas rambut panjangmu kau biarkan tersapu air sungai
Sambil sesekali kau lemparkan sindiranmu "rambut panjangku ini kadang mengganggu..."
Aku diam saja, karena kau sedang menggiringku untuk setuju apabila rambutmu di potong
pada setiap detak jantung dan seluruh aliran daraku.
Walau aku sadar loncatan ini membutuhkan titian batu yang kokoh
Posisi jasadku yang tidak mendekati kesempurnaan manusia,
yang aku sangat yakin jauh dari hitungan idealmu,
yang aku yakin akulah laki-laki terdekat di hatimu yang paling tidak sempurna
Maka tentu hasrat cinta menimbulkan kegemetaran pada semua panca indraku
Aku hampir membiarkan tubuh terjatuh pada lekukan sungai didepanku,
ketika tiba-tiba mata sayumu begitu menyakinkan aku,
agar aku berdiri kokok pada bongkahan batu ditepi sungai.....
Ah.... Ingatkah kau pada tepi sungai itu....?
Saat romantisme ternyata mampu kita munculkan, mengalahkan kemungkinan keraguan
Saat mata kita tidak ada lagi pembatas untuk saling menatap
Saat setiap helaan nafas, adalah ritme kemesraan kita.
Saat seluruh panca indra menjadi satu, dan meledak pada titik hasrat yang sama
sampai nafasku berhenti dipangkuanmu
Aku akan mengingatnya dan terus mengingatnya,
sampai anak kita menumpahkan air ke tubuhmu
Aku akan mengingatnya dan terus mengingatnya,
sampai kau kembali menutup wajahku dengan rambutmu
Aku yakin kau ingat semua itu...
Karena sekarang, aku telah berdiri kokok diatas cintamu
Aku yakin kau ingat semua itu....
Karena sekarang, aku telah memagari cintamu, menjaganya dengan seluruh hasratku
Aku Kau dan Cinta
I Love you bi... Di Rumah itu
Komentar
Tulis komentar baru