Aku dan bayanganmu
Aku dan bayanganmu
Terkutuk-terbaring- duka
Peluk tubuh yang tidak bisa'ku pegang?
Ahh! Kenangan ambil pilihan
Di jalan yang itu saja
Perhentian, bikin retak di dada.
Aku dan bayanganmu
-Ada dalam mimpiku
-Dengan
Bulan bersinar sedikit buta,
Sadar akan tau terbangun juga
Di jalan yang itu saja
Aku mencari diri tercerai dari mati
Tiada wajahmu,
Tiada namamu,
Tiada tubuhmu,
Aku dan bayanganmu
Ingatkanku!
Memisah batas pukul di hati,
Di jalan yang itu saja?!
Kucoba Selami luka
yang dulu lagi!
Kesunyian menyinari malam
Mereka tiba antara jam telah berkupak
Penantian menyula jalan bermuka
Pegang tangan saling mengelak
Bertukar masa berhadap pula kita
Tambah sepi nyeluruh jiwa!
Apakah Hidup jadi bikin berkaca?
Bertanda beku tak pula saling percaya?
-selama-cinta-menyinari kelam
musti redam juga api di dada
Bara di muka, kan tau cemas membusu hitam?
Malam musim berlanjut kedepan meja!
Lalu, hidup jadi bikin berkaca?!
Meja berantak pedat hilang dari masalah,
Tanyakan: “seribu sunyi menantang kecewa"
Ambil bagian, pinjam salah satu!
Apakah hidup jadi bikin berkaca?
Bertanda beku tak pula saling percaya?
Oh, kau asing seketika!
Tidurmu mulas terasa sunyi juga di kerokongan
Getari kedua bayang tangan?
Ajal baru tau dunia menimbang
Sendiri..!! Rubah pinta tenaga baru!
Buka Kesunyian bersilahkan tiba:
-Menyinari malam yang buntu
Menyulit ramai detak'kan sendiri,
Tinjau!
Melaju!
Mengabur keram laju ke depan
Henti, kau tau tak kembali
Kosong, kau tak beruba lagi
Memacu bulan terbakar Dimata!
Aku dalam sunyi sudah terhempas tanya:
“Apakah hidup jadi bikin berkaca?!”
Medan, 2 Febuari 2022
Willy shayudana
Melepas
Melepas debu di dada
Berderak yang ku cari
Berkata-- ia seribu kali padamkan mata
Tercerai kita tak terpegang lagi
Kalau saja tiba ria wajah memudar
Dalam hati jalan dan jarak juga kan terbentur?
Disini, jiwa tempat pengasingan
Jauh hidupkan Cahya antara luka
Melepas jauh semakin pula lebar
Jarak berdua, dingin duka tercebar.
Makin tau harap---sudah tak berarti
Kita melepas cerita dan kisah kembali.
Lampung, 2022
Willy shayudana
Komentar
Tulis komentar baru