Di sebuah buku usang berdebu
Entah berapa usianya
Bertulis;
Tubuh-Nya menjelma roti,
Obat lapar sepanjang musim.
Darah-Nya mengalir anggur,
Penawar dahaga sepanjang abad.
Lebih lanjut;
"Biarkanlah anak-anak datang kepadaku" kata-Nya
Tanpa sekat
Apa lagi pembeda
Kaya maupun miskin
Lalu musim ini
Seiring harga mente bak setrika
Pun kopra tiada arti
Wajah-wajah kusut menoreh cemas
Seiring titah dari altar suci pagi tadi
Tampak tatapan-tatapan kosong
Dada-dada berpeluh mengeluh
Anak-anak muram durja
Ada bisik lirih
"Kita belum lunas, nak!"
Mahar tubuh dan darah
Juga ongkos lainnya
Komentar
keren
keren
Tulis komentar baru