Kita selalu bermimpi negeri ini adil makmur damai dan sejahtera dengan segala kerendahan hati dan kesadaran penghuninya
Kita selalu berharap pemerintahan negeri ini merodakan roda-roda yang menggelinding bernama ekonomi yang gonjang ganjing
Kita selalu menginginkan debut nadi yang memompa kehidupan dari pergelangan tangan sampai paru-paru yang dikotori rokok
Kita selalu berusaha melalui mulut yang berkoar-koar di depan corong bernama keadilan yang pada dua daging lembut menawan itu manis terdengar
Tapi lihatlah yang kita lakukan hanya najis yang mengambang di kali ciliwung yang kelihatan coklat airnya, keruh…
Tapi sadarlah yang kita lakukan hanya perselingkuhan birokrasi yang melemparkan mimpi-mimpi bocah kecil putus sekolah
Tapi tahukah kita dengan senja saja kita tak pernah berdamai dan meletakkan nafas kita ke atas sajadah dengan suci
Kita asyik di jalan, di lapangan, di etalase pertokoan di tempat-tempat yang hanya memperlihatkan nafsu daripada nisfu
Tapi tahukah kita dengan shubuh saja kita tak pernah berdamai dan meletakkan nafas kita ke atas sajadah dengan suci
Kita asyik dengan mimpi-mimpi esok dengan dengkur di ujung malam yang mengasyikkan dan melelapkan
Kita hanya menuntut orang yang tak mampu mengemban suara yang kita koarkan pada corong bernama pembaharuan
Sedangkan diri dan nafsu kita tak pernah kita perbaharui ke jalan yang hijau tak berdebu
Setiap musim berlalu berlari pada keangkuhan yang kita sulam dengan benang-benang yang tak akan meretas oleh masa
Janji kita katakan rumus yang tak akan terpecahkan oleh para cendekiawan dan intelek
Sedangkan pada diri kita selalu ingkar janji dan berpaling pada hari yang kemarin
Sementara esok membentang luas pada ruas-ruas yang melilit diri pada mimpi
Catet apa yang harus kita catet sekarang sebagai peta di hari esok
Jangan pada dua daging manis yang bradu itu kita katakan yang dapat kita wujudkan
Komentar
Tulis komentar baru