Sebungkus Nasi
/1/
Menyusuri sepanjang jalan kota
Jalan setapak, jalan kampung, dan bukit-bukit
Menyeberangi laut, samudera biru
Menuju desa-desa, pasar, lorong-lorong, terminal, emperan toko
Menyanyikan lagu-lagu nestafa
Menyuarakan suara-suara lara
Mendendangkan nyanyian sengsara
Adalah kehidupannya yang sudah seperti kutukan
Sepanjang hembusan nafas pelan
Seorang buta yang berusaha melihat dunia
Bangun tidur tanpa sapaan sepotong roti atau teh hangat
Siang hari usus-usus terasa melilit
Kerongkongan tandus
Sekeping logam belum menyapa saku badan
Orang-orang memilih menutup pintu dan pagar rumah
Namun terus berjalan dan terus berjalan
Tano, Alas, Sumbawa Besar
Sabar.
/2/
Matahari mulai condong ke barat
Sebungkus nasi memanjakan lambung
Terasa kenyang
Hilang sudah dahaga
Senyum tawa sedikit menghiasi bibir rata
Kembali menyanyikan lagu-lagu di tengah keramaian pasar
Di situlah sebungkus nasi menjadi syair sebuah nyanyian
Yang akan selalu terkenang
Dan selalu dikenang
Petikan dawai gitar menghalau matahari garang
Orang-orang berkumpul mendekat
Menikmati lantunan improvisasi
Yang diiringi gemerincing tutup botol minuman bersoda
Pukulan gendang kulit domba
Gledut, gledut, gledut.
Membahana
/3/
Orang-orang semakin ramai
Tua, muda, gadis, janda
Penjual bakulan, pedagang emperan, para sopir dan kernet angkot
Menyempatkan diri bergoyang
Lalu saku baju mulai berisi recehan
Saku jeans belum dapat jatah rezeki
Bernyanyi dan bernyanyi
Hingga sore hari
Malam menghatui
Segera mengumpulkan kardus-kardus bekas
Kertas-kertas koran
Sebagai alas tidur di bawah tangga terminal
Tanpa kain tanpa selimut
Nyamuk merayap-rayap menghisap
Semut menyengat
Kuman-kuman tersa menggeranyangi kulit kepala
Dua hari tidak mandi
Tiga hari tak gosok gigi
Anjing menggonggong di atas kepala dan bawah kaki
Mimpi
/4/
Bangun pagi-pagi
Dapat mandi genangan air kali
Matahari mulai meninggi
Kembali berjalan mengais rezeki
Kembali menyusuri jalan tak bertepi
Kembali berteman dengan terik mentari
Debu-debu jalan
Deru mobil hilir mudik mencari muatan
Riuh ibu-ibu menjajakan barang dagangan
Di sambut tawar menawar pembeli
Kembali terdengar lagi
‘Sebungkus nasi’
Demi sebungkus nasi untuk hari ini
Semua sorot mata beralih pandangan
Seraya melepaskan koin-koin sisa belanjaan
Sisa laba, sisa beli bensin, sisa rokok...
Bagaimana dengan sisa korupsi?
Adakah sisa korupsi yang harus dibagi-bagi untuk sebungkus nasi?
/5/
Mereka berkumpul di bawah pohon
Jemari mulai menghitung rezeki
Recehan dan kertas dierpisah
Yang melek kelihatan ber-aksi
Menyimpan sebagian di kantong sendiri
Korupsi tidak hanya dikursi
Si buta hanya mendapat jatah hasil bagi
Tidak cukup untuk anak isteri
Hanya sebungkus nasi...
Lagu itu kembali kudengar mengiris hati
Hingga kini.
Lombok Timur, 01 Oktober 2013
Komentar
Tulis komentar baru