dik Sina...
dalam do'a namamu lirih kusebut
dengan segenap keikhlasan tiada tara
bertopangkan kebeningan yang kupetik
musim panen kemaren
dan dalam khayalku kau menjelma
dengan segelas senyum
kau obati dahagaku yang liar
dan sepiring suaramu
kau penuhi lapar rinduku
dik Sina...
dalam genangan do'a yang kubendung
luka tak lagi kurasakan perih
lelah tak lagi kurasakan letih
cemas tak lagi kurasakan takut
sedikit senyum menawar bathin yang ngilu
dik Sina...
dalam do'a malam hening
dengan keikhlasan yang bening
di timpa embun yang tak kalah bening
aku mendekam dalam hening
kuatkan aku dalam perjalanan panjang
kendati hidup adalah berhala
yang dipuja oleh kealfaan
hadirmu mengusik sepiku yang panjang
tasbih belum berhenti
menggema dari rongga jiwa
dik Sina...
dalam menujumu
samudera luas itu tak mampu
kurenangi dengan kedua tanganku
hamparan benua tak mampu
kujalani dengan kedua kakiku
tapi aku ingin sampai padamu
dalam waktu singkat
dan kurenangi samudera luas itu
dan kujalani hamparan benua itu
dengan sebongkah hatiku
hingga kelak aku
menggali kubur di hatimu
dik Sina...
dalam do'a kusebut jua namamu
dengan lirih dan setengah lirih
jika mata tak mengecup wajahmu
jika hati tak mengecup kasihmu
jika benak tak mengecup hadirmu
jika nurani tak mengecup ketidakraguanmu
kirimi aku sesendok kalimat amin
perkenankanlah kiranya
padamu Tuhan aku bersimpuh
Andam Dewi
Rabu, 9 Nopember 2011
Pukul 00.00 WIB
Komentar
Tulis komentar baru