Delapan penjuru arah mata angin
Ku belah, di celah bongkahan asa
Semua mantra para biksu
Semua do’a para pendeta
Semua lonceng para pastur
tak beranjak juga untuk kembali
Delapan Penjuru arah matahari menebarkan cahayanya
ku hitung langkah ke laut utara
juga tak beringsut dia dalam kudapan langit
kinanti dinyanyikan
dari mulut perempuan senja di teras rumah
menitik airmatanya
menunggu kebaikan cahaya abadi
Delapan kali matahari ditinggalkan bumi
Delapan kali bumi dijemput rembulan
Tak kunjung juga kabar
Kau bermain angkapun juga tak pernah
Semakin pijar marah sang matahari
Delapan penjuru juga tak akan memberi kunci
Untuk membuka sorgamu
Karna tingkahmu sendiri yang menutupnya
Surabaya, Januari 2012
Komentar
Tulis komentar baru