Pernah sekali KAU menyalahkan WAKTU
Ketika KITA tak mampu mengulang kembali masa lalu
Melihat sikapmu, AKU menjadi agresif
Ku ancam jarumnya untuk segera berbalik arah
Sebelum jarumnya kupatahkan
Dan batreinya kubakar dalam api rindu yang membara
Mendengar itu,
Jam dinding tertunduk menangis
Meratapi kisah yang tenggelam dalam muara lama
Arloji pun tak ketinggalan histeris
Teriaknya meretaki kaca yang tak lama lagi pecah
Segera pecahan kaca itu melukai tanganku
Darah merah segar tak henti mengalir jatuh
Dan kini bercampur menjadi satu
Bersama tinta dalam setiap tulisanku
(ENDE, 19/07/2016)
Komentar
Tulis komentar baru