Banjarmasin, 26 Januari 2013
/1/
Langkah kakiku bisu, terpasung di setiap jejak kenangan. Hanya sekilas bayangan yang membuatku mematung sunyi disudut bola matamu. Menundukan kepala dan melihat tetesan kesedihan yang membasahi setiap jejak langkah.
/2/
Entah sadar atau tidak, setiap guratan kebahagiaan yang telah kau torehkan kini telah menjadi butir butir luka yang menikam ku secara perlahan. Dahulu kita memang sering berjalan bersama, melewati setiap inci mimpi yang kita rangkai dalam senyuman. Namun kini, kita saling memaki dan saling membenci. Apakah cinta yang dulu kita hadirkan telah berubah menjadi sosok iblis?
/3/
Deburan ombak dan dingin nya angin malam telah menghapus sebagian jejak langkahku dihamparan pasir yang membentang, begitu juga telah menghapus setiap kenangan dan senyuman yang pernah terproyeksi didasar pikiran. Bukan air mata kebahagiaan, bukan juga air mata kesedihan, ini hanya sebuah realita yang harus dihadapkan pada dua buah kutub asmara yang selamanya tak akan pernah bersatu.
/4/
Sulit sekali untuk menciptakan sebuah kenyataan yang menyayat setiap senyuman, bahkan detik demi detik waktu yang telah ada menguap begitu saja. Hilang dan lenyap… Tangisan terdengar di sepanjang lorong kehidupan yang pernah berhembus di kala asmara menuntun kita pada roda-roda dunia.
Komentar
Tulis komentar baru