Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.
Kehidupan itu layaknya air yang mengalir, setiap kali melewati jalur yang sama, mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, mengikuti bentuk dari setiap permukaan yang dilaluinya, namun engkau tidak akan menemukan aliran air yang persis sama untuk kedua kalinya.
Ada sidikjari, tapi jarang disebut tentang sidikwajah. Dan tailalat tak lain dari bagian sidikmuka. Yang akan kuceritakan padamu bukan tailalat tunggal, tapi kembar, simetrik mengapit batang hidung. Dan itulah satu-satunya yang pernah kulihat dalam hidupku. Awal tahun 1946.
Komentar Terbaru