Kau matahari,
nyaris pukul tujuh pagi,
menyelinap masuk membangunkan penat.
Kau sepeda,
nyaris pukul tujuh pagi,
melaju cepat diantara butir keringat.
Kau lonceng,
nyaris pukul tujuh pagi,
berdentang dengan lantang tak peduli ada yang terlambat.
Kau sahabat,
nyaris pukul tujuh pagi,
menyodorkan kumpulan kertas kramat untuk kuduplikat.
Komentar
Tulis komentar baru