Skip to Content

Rinduri

Foto Denni Meilizon

Dalam suara angin kau serupa gema

Pada raganya kau tubuhkan bulan

 yang pernah kita cumbui.
Di mana lagi gema itu bergaung?

lamban laun limbubu angin menjadi rindu juga.

Rinduri, dalam getar dawai harpa

kau memang adalah angin.

Merayaplah mengeja gelombang. Kaislah

oktaf yang mengail nadamu

yang kini berkasih-kasihan dalam

pangkuan gema.

Ke mana ruang kita ukur lagi, Rinduri.

Fajar tetaplah fajar walau bulan terkadang

nyasar bertamu kesiangan.

Tapi engkau perlu ruang, gema, nada
dan sebingkai cerita.

Harpa juga tetaplah harpa walau oktaf terkadang

 nyekar di atas kubur sendiri.

Oo Rinduri, kini saatnya memasukkan angin

ke dalam stoples. Buatkanlah prasasti untuk

menjadi syair dalam nyanyianmu.

Apabila dawai harpa itu putus,

gema masih engkau punya.

Begitu pula fajar masih ada

tergantung dalam bingkai meski

sudah tidak berhias bulan lagi.

"Aku inginkan kau menjadi ruangku," bisikmu.


Aku terdiam, beku.

2013

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler