Diantara setengah engah dan remuk tumbuk
Ketika Sonder rasa telah lusuh kumuh
Akankah kebangkitan menebas kepahitan ini?
Aku telah berlari memusuhi angin terlalu jauh kasih
Agar semua kelantangan tangan ini tak lagi menyakiti siapapun
Juga kau...
Pada saat kemurnian rintik hujan rubuh basahi pelipis ini
Aku pernah ingat kau sebagai tetes kerinduan hati yang ku lepas bebas
Walau penyangga rasa ini pada akhirnya benar harus runtuh
Ketika kumbang-kumbang berlarian memuja bunga yang tengah layu di bibir jurang pendakian rasa
Remuk tak berbekas kini apa yang ku genggam di jemari rasa
Juga pada temali pelangi yang kini rapuh jatuh
Pula...
Pada ramuku kini pecah berkeping tiada lagi arti
Dan kepergian adalah puncak akhir dari segala punya
Kini tahun berbalik mencambuk diri ini
Memaksa lepas merpati rasa dari genggaman hati yang berkalut kabut
Memaksa ku lutut di hadapan waktu yang berbalik menentang
Dan aku melepas kau sebagai merpati rasa pada waktu yang membujuk mu
Meninggalkanku diatask bahtera kesunyian ini...
Memaksaku pamit
Dengan pahit yang bergelayutan pada denyut dinding hati
Dengan genangan segala air dalam pelupuk mata
Dan dengan segala yang berat
Aku melepas semua harapan dan kesungguhan pada jaring kelam putusku.
Bandung, 09 - Oktober - 2014
Komentar
Tulis komentar baru