ketika hati rancu
sebab segala rupa tanya
mengaburkan niatan
letakkan semua yang ada di tanganmu
di tempat semestinya
sudah:
kendurkan;
lepaskan kepalmu
pun sesungguhnya
tak pernah ada yang kita genggam bukan?
pergilah dulu
seperti perginya para pendahulu
ke pematang-pematang sunyi
jauh, tepi riuh
kaki bukit dan sungai;
gembala dan petani
meneduhlah di kebun wak asyari
menunggu dentam kemang jatuh
mengira kembali apa yang kau cari
menira kembali yang sesungguhnya ingin kau raih
kau, bukankah telah tahu benar
punya tak punya itu perkara sabar
pergilah,
kembalilah kapan Dia mau
Jakarta, Maret 2015
Komentar
Tulis komentar baru