Ku tulis surat ini kala hujan gerimis
Di saat musim menjelang pemilu
Jejari kaki calon wakil rakyat
mengcengkeram jalanan kota yang mengusang
Dengan Senyum berpongah-pongah
Menjarah semua suara rakyat dengan kebohongan
Lalu membawa pergi mahkota keadilan.....
Ku tulis surat ini kala senja menjemput gelap
Kegelapan demokrasi Pada musim politik
Dikala Cadar kabut bencana menyelimuti rakyat
Ketidakadilan terus merayap
Suara rakyat di persimpangan jalan
Demokrasi di dalam tong sampah....
Ku tulis surat ini
Kala karsa tak lagi bernyawa
Saat rakyat tak lagi bersuara
Karena Di desa-desa
“Mayat hidup” tak terurus
Lemah tergeletak di atas ladang
Dengan Senyum usang dibibir mereka....
Sementra Di kota-kota
Anak “terlantar” berpeluh dijalan raya
Di atas meja-meja kekuasaan
Para pejabat berpesta
Meletakan peraturan dalam selokan
Dan Kantung-kantung mereka menumpuk hingga langit
Ku tulis surat ini kala langit menangis
Berduka atas kematian demokrasi
Tetesan air mata ketidakadilan jatuh tertumpah
Bercumbuh dengan dedaunan
Bersetubuh dengan tanah dan batu karang
Mengalir dalam muara kehidupan
Yang penuh dengan ironi....
Dan sampai detik ini
Demokrasi dan keadilan
Mati dalam kuburan.......!!!
Penghujung Februari 2014
Serambi Rumah, menunggu senja
Komentar
Tulis komentar baru