Sayang...
senandung haru seumpama kabut tipis menyelimuti permukaan telaga,
tak ada riak air.. tak ada semilir angin..
semua diam selaksa membeku.
Lirih adalah alunan sang pujangga,
menambah cabik luka sang perawan...
lantunkan lagu kematian raga, menambah siksa jiwa sang telaga.
Nanar tatap sang bulan seakan sungkan terangi telaga,
Di dasar berkembang pekat gaun pengantin layaknya nisan sang perawan...
Telaga adalah akhir cerita sang perawan....
Komentar
Tulis komentar baru