Skip to Content

Sebatas Kenangan

Foto Liswanti

Siang itu Ririn terpaku diam didepan gerbang sekolah, gerbang bercat hijau muda itu tampak menyejukkan mata, papan besar bertuliskan SMK 2 Bangsa Jakarta terpampang dengan kokoh diatas gerbang.
Senyumnya mengembang seakan rasa rindu itu tak tertahankan lagi, pikirannya mulai membuka memori.
"Ririn! kemana aja, 2 hari kemarin ga masuk, ga ngabarin aku lagi..sebel!" seru Ita sambil menepuk bahu ririn.
"Sorry Ta..aku kemaren ke Bandung nenek meninggal, aku cuma bisa ngabarin ke wali kelas kita aja" jawabnya lirih.
"Sabar ya Rin, aku turut berduka atas berpulangnya nenek kamu"
"Iya makasih Ta..kekelas yuk..bentar lagi masuk"
Mereka pun masuk dengan senyuman yang mengembang, saling berpegangan, berbaur dengan anak sekolah yang lain.
Suasana sekolah di pagi itu terasa begitu hening, ketika suara bel berbunyi, pertanda pelajaran telah dimulai.
                                                                               ***
"Rin ada waktu sebentar ga, ada yang pengen aku omongin" tanya Toni sembari menarik tangan Ririn yang hendak pulang.
"Sorry Ton, kayaknya udah ga ada yang perlu diomongin lagi, semuanya udah jelas ko" jawab Ririn sambil melepaskan pegangan tangan Toni.
"Sungguh aku minta maaf tentang waktu itu"
Ririn pun berpaling meninggalkan Toni yang terus berteriak, tanpa diketahui Toni, airmata Ririn menetes, hatinya terluka dan tak tahu rasa sakit itu kapan akan hilang.
"Rin kita ketaman aja dulu, biar hati kamu agak tenangan dikit" ajak Ita sambil menggandeng tangan Ririn.
Mereka pun duduk ditaman dekat sekolah, dibawah pohon yang rindang, langit biru cerah dan angin yang bertiup begitu menyejukkan hati. Ririn terdiam dengan airmata yang masih menetes, matanya menerawang jauh, pikirannya mulai mengingat kejadian 2 minggu lalu sebelum neneknya meninggal.
Kala diwaktu itu, setelah mendapat kabar nenek meninggal, Ririn keluar dari kelas dengan perasaan kalut, tubuhnya mendadak lemas, belum lagi saat dia melewati kantin, dilihatnya sesosok laki-laki berkulit putih, rambutnya ikal duduk berhadapan dengan perempuan cantik, kulitnya sawo matang, rambutnya pendek, saling berpegangan tangan, tampak silaki-laki juga mencium tangannya, perempuan itu tersipu malu-malu, wajahnya sedikit memerah, dan akhirnya tertawa lepas.
Hati Ririn pun semakin bergejolak hebat, saat didekatinya ternyata itu kekasihnya Toni dengan Rani siswi baru, Ririn memandanginya dengan senyuman sinis, serta air mata yang masih berjatuhan, Toni terkejut dan semakin gugup, begitu pula dengan Rani yang kebingunggan dengan apa yang dilihatnya, ketika tiba-tiba Ririn mengulurkan tangan mengajak bersalaman Toni.
"Selamat..kita berakhir mulai hari ini" ucap Ririn lirih dan pergi meninggalkan mereka dengan perasaaan kacau.                                                                       ***
"Rin...rin, kamu ga apa-apakan?" tanya Ita sambil menepuk bahu Ririn yang membangunkan lamunannya.
"Ya..ta..kenapa, oh aku ga apa-apa ko" jawabnya terkejut.
"Ada apa antara kamu dan Toni?"
"Hemmm ... dia selingkuh" Jawab Ririn dengan menarik napas panjang.
"Lagi Rin..."
"Yup...selingkuh lagi dan kali ini aku bisa terbebas dan sengaja melepaskannya"
"Anak mana lagi yang dia pacari"
"Anak kemarin sore..ya masih lugu dan bisa dibegoin"
"Kamu masih cinta Rin.."
"Sekarang ga..sudah aku tutup hati ini"
"Kalo ga cinta, kenapa nangis bombay gitu bu...hehehe" goda Ita.
"Nangislah, karna bahagia dan ingat pacaran udah 2 tahun ternyata udah diselingkuhin 6 kali"
"Dihitung segala, kenapa ga dari dulu non diputusin"
"Karna terlalu bego, mau aja dibohogin, tapi sudahlah sekarang hati sudah ploong" jawab Ririn pasrah.
"Rin ternyata kamu disini" panggil seorang lelaki yang membuat Ririn dan Ita terkejut melihat sosoknya yang tinggi, tubuhnya atletis jelas terlihat dari baju t shirt ketat yang dipakainya, kulitnya putih, wajahnya sedikit bule, mirip sekali dengan artis Richard Kevin.
"Ahh...mas Adit" teriak Ririn sambil bangkit dan langsung memeluk lelaki itu.
"Kapan dateng...?'
"Kemarin sore..habis kangen sama kamu"
"Cieee...jadi malu neh aku, lihat nieh mas wajahku sampe merah merona..haha" ucap Ririn sambil menunjuk kedua pipinya.
"Mana merah..hijau juga..hahaha"
"Eh lupa..Ta kenalin ini mas Adit, yang dulu aku ceritain"
"Iya...tau aja neh..Ririn udah cerita apa aja"
"Banyak.....dan....."
"Ga mas dikit ko...." sela Ririn sambil menutup mulut Ita.

Mereka pun pergi meninggalkan taman itu dengan canda dan tawa yang membawa kebahagiaan.
Sekolah di pagi itu sedang melaksanakan ujian nasional, begitu pula dengan Ririn yang begitu antusias diujian terakhirnya, perjuangannya akan segera berakhir, dari status anak sekolah segera berganti menjadi mahasiswa. Tak terbayangkan dirinya akan satu kampus dengan kekasihnya Adit di sebuah Universitas terbaik di Yogyakarta.
"Yeah...akhirnya ni telor pecah juga Ta...seneng banget, ga ada beban lagi" ucap Ririn kegirangan.
" Telor apaan yang pecah Rin.."
"Ini telor ujian..non"
"Kirain telor ceplok.."
"Tar kalo pas pengumuman ujian baru gw lemparin telor ceplok spesial buat Ita yang unyu-unyu" Jawab Ririn sambil menyubit pipi Ita.
"Aw...sakit tau "
"Sakit ya...sini gw cium"
"Ogah..mending gw kabuuuuuuuurrrrr"
Mereka pun kejar-kejaran di koridor sekolah, dengan tawa yang lepas, seakan tak ada beban lagi.
                                                                                ***
Malam perpisahan itu diisi dengan acara pensi yang begitu meriah, semua lulusan kompak dengan kostum berwarna biru. Malam itu juga malam terakhir buat Ririn dan Ita, karena Ita akan melanjutkan sekolah di Jerman mengikuti orang tuanya yang bekerja di kedutaan Republik Indonesia untuk Jerman.
"Hai sahabat...aku bakalan kangen berat neh sama unyu-unyunya pipimu" Ucap Ririn sambil memeluk Ita.
"Kayaknya aku juga bakalan kangen neh" Sela Adit.
"Makasih mas...titip Ririn ya, kalau nakal dicubit aja ya" ucap Ita dengan tetesan air mata dipipinya.
"Ta..jangan lupa sering kirim email, YMnya meski aktif, biar kita sering ngobrol" ucap Ririn sedih.
"Iya Rin...doain ya..semua lancar disana" ucap Ita sesengukkan.
"Iya pasti sahabat"
Persahabatan yang sejati tak akan pernah hilang, biarpun jarak yang begitu jauh memisahkan, sahabat akan selalu ada di hati. Dan semua cerita yang telah berlalu akan selalu terukir indah dalam sebuah memori bernama kenangan.
                                                                       ***
Suara klakson mobil membangunkan lamunan Ririn digerbang sekolah.
tiiiiiit!tiîiiiit!!!!!
"Maaf, sebentar ya" Ucap Ririn sambil masuk kedalam mobil dan membawanya keparkiran aula dekat sekolah.
"Ternyata tidak ada yang berubah setelah 8 tahun, kecuali securiti itu sudah beruban"ucap Ririn dalam hati.
"Ririn" teriak seorang perempuan memanggilnya.
Ririn pun berbalik dan perempuan itu langsung memeluknya. "Ah...kangen banget" ucapnya bahagia.
"Kamu beneran Ita?" tanya Ririn.
"Iya ini Ita, si unyu-unyu yang ngegemesin"
Ririn terus memperhatikan Ita dari atas ke bawah, membulak balik badannya, seakan tak percaya dengan perubahannya, yang hari itu Ita datang menggunakan dress berwarna merah muda, dan kalung berlian tampak melingkar dilehernya, rambutnya dibiarkan tergurai panjang, tas bermerk LV dia tenteng ditangannya, terlihat dewasa dan elegan, sepatu high heels 7cm berwarna senada dengan dresnya terlihat begitu serasi.
"Setelah bertahun-tahun di Jerman, ternyata banyak berubahnya" kagum Ririn.
"Penampilan boleh berubah, hati tidak dan persahabatan tetapkan" Balas Ita dengan senyuman manis.
"Yuk kita kekantin, acara reuninya belum dimulai ini, aku kangen neh" ajak Ririn.
"Sama...yuk ah"
"Rin..aku kira kamu bakal nikah ma Adit" ucap Ita.
"Adit udah kisah lama..udah jangan diomongin ah"
"Ya udah...ini kan pertemuan kita ya...kita ngomongin yang lain aja..kerja dimana sekarang, udah sukses rupanya"
"Biasa aja ko...sukses tuh kalau udah berumah tangga,,,hihi....aku kerja di perusahaan asing di Jakarta, kamu sendiri"
"Aku nerusin usaha papa dibidang properti Rin...tahun depan aku nikah sama orang Jerman"
"Sumpah loh...dah setengah tahun kita jarang komunikasi ternyata ada yang mau nikah...selamat ya"
                                                       ***
Acara reuni hari itu begitu sangat meriah, dengan dimeriahkan artis ibukota dan beberapa penampilan siswa, dan penggalangan dana untuk beberapa rumah yatim.
"Rin...." panggil seorang pria dengan lembut.
"Kamu itu Tonikan?"
"Iya...cantik banget kamu hari ini...berapa lama ya kita ga ketemu"
"Ya...lama sekali mungkin"
"Kapan bisa kita ngobrol lagi selain hari ini"
"lain waktu saja Ton..aku lagi banyak kerjaan"
"Sudah nikah Rin..."
"Belum, kamu sendiri "
"Belum...jodoh mungkin kita ya..bisa bertemu lagi"
"Hemmm....ga juga...."ucap Ririn dengan senyum tipis.
"Bisa tidak ya kita kayak dulu"
"Tidak...karena bagiku kamu itu sebatas kenangan yang telah lalu"
"Masa...tapi apa salahnya kita mencoba"
"Hey...Ton rupanya kamu pengen ngajak Ririn jadian lagi ya" tanya Ita.
"Bener banget"
"Maaf Ton...aku sudah punya pilihan lain....itu dia" Ucap Ririn sambil menunjuk kearah seorang pris yang mendekatinya.
Toni terkejut melihatnya. "Itukan Yudi ketua osis kita dulu"
"Iya yang dulu tidak ada dalam kenanganku, kini menjadi indah pada waktunya, dia yang kini akan segera mendampingiku"
"Hai Ton..Ita...kalian datang juga" tanya Yudi sambil meligkarkan tangan kepinggang Ririn.
"Hey...Rin ternyata orang yang dulu pernah kamu bilang satu sekolah itu adalah Yudi, yang sekarang rekan kerja kau dan akan menjadi pendamping hidup kamu"
"Iya ..Ta..dia dari masa laluku, yang tak pernah aku tahu, saat aku melupakan kenangan dimasa sekolah yang menyakitkan, dia datang menyejukkan hatiku dan mengisi hariku dengan senyuman" ucap Ririn dengan perasaan senang.
Tatapan mata Ririn dan Yudi mampu membuat suasana reuni itu begitu menyejukkan hati, Toni yang hanya sebatas kenangan yang telah terlupakan, sedangkan Ita dan Yudi yang datang dari masa lalu yang akan tetap dihati mengisi hari dengan kenangan indah di hari depan.
                                                                   SELESAI

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler