Temaram turun dipupuk senja. Sembari menatap mata mu sambil bertanya, "Sedang apa dikau di sana?". Malam menjelma menjadi lagu. Nihil sekali orang mengenali suaranya yang berbahasa apalagi bernada.
Tanpa suara lebih baik, itu kata orang. Membenam semua matanya. Tiada lagi kebenaran; hanya kesangsian. Setelah ini apa lagi?
Komentar Terbaru