Mungkin dia mati Tergulung mulut bisunya Jadi mayat tanpa nama Lalu dihujati serapah dari segala arah Mungkin juga dia hanya sekarat Tertusuk sendiri oleh cinta
Senyum ini senyum terriang malam ini Memulas ujung-ujung bibir begitu manis Binar mataku lebar membeliak Lengkap sudah senyumku pada periode ini Tak perlu blush-on
Kularang sudah airmataku menetes Sejauh-jauhnya rindu takkan lagi kugapai Tunggu runut waktu pun biar saja terhapus Meratapi alpamu tak akan lagi jadi ritualku
Bajingan, Bagaimanakah dulu kau Membisikkan cinta ditelinganya Menyanjungnya hingga dia selalu bermimpi Mengajaknya terbuai opium rasa cinta karbitmu
Aku berlari penuh gontai Seluruh isi kepala membuatku limbung Kuseret jejak kaki dibelakang Aku harus menemuinya! Berkali aku tersuruk Nyaris semua isi perutku tumpah
Pagi yang berisik Dia berkoar sekian tabik Kau, dia dan mereka saling berbisik Menyelisik bisik-bisik Kau menjulang terremas kedigdayaanmu
SEKETSA CINTA YANG BEGITU RUMIT
Lembut merayap jalari nadi menguak hati
Mengagumi satu rasa di luasnya permadani hati
Entah berapa malam dan siang ku sapa
Menemani perhelatan rasa menghamba cinta
Mengabadikan kisah-kisah indahku dalam kenangan
Ku dengar semua suara
Ku pilah semua kata
Tuk mantapkan jiwa
Menuntun gontai langkah
Haruskah aku bersendawa
Bahwa aku sang jawara
Inang, Susui aku lagi Berikan putingmu Aku haus, Inang Inang, Usap kepalaku Biarkanku tidur Rindu aku pada ibuku Inang,
Komentar Terbaru