duhai,...istriku sayang
malam ini hujan kembali menyerang
menghantar gigil tiada kepalang
dingin,...dingin,..... membuat kita tak tenang
di waisya yang ke enam belas
kuntum cempaka itu telah mekar
memenuhi taman bunga di persimpangan
tempat kita biasa bersua
purnamane padang
langite jembar,gumintange podo nyebar
Pada loncatan ke tiga aku berdiri di sebuah batu,
persis ketika air menikung dan menuju lekukan berikutnya.
24 Sep 20011
(17.37 wib)
Aku tahu ombak itu
Gelombang riak memecah senyap
Namun tak kudengar suaranya
Pada suatu waktu
Ketika hujan tak lagi dinanti
Matahari bagian tak terpenting
Adalah kau satuan waktu yang melekat
kemana aku akan lari?
sedang engkau menjagaku setiap waktu
kemana aku akan sembunyi?
sedang engkau iringi tiap langkahku
bintang memijar
di hamparan ilalang
langit menangis
di padang gersang
..........
rumput tertunduk
takzim mengamini
angin membelai
penyair dan sajaknya laksana,
matahari dengan cahayanya
bumi dengan kehidupannya
tanpa penyair sajak tak akan ada
tanpa sajak penyair merasa hampa
Kekasihku,
puisi telah selesai melukis mimpi kita
tepat saat kau tabur bunga kemboja
di atas pusara duka
kekasihku,
Komentar Terbaru