Setiap hari ternyata pahit, tak ada manis yang kukecup, tak ada asin yang kukecap, tak ada asam yang kucicipi. Yang ada hanyalah pahit, pahit yang semakin mengental.
Sekelompok orang tak kukenal mengejar tanpa sebab. Aku berlari menyusuri lorong-lorong kota, entah sedang di mana posisiku. Tak ada petunjuk. Tempat ini begitu sempit untuk gerakku, mereka semakin dekat. Benar-benar tak dapat kubaca tempat ini. Tak paham aku akan medan, bangunannya juga masih baru. Semacam perkotaan yang belum jadi dan tak berpenghuni.
Suasana hatiku kian meradang. Terentak-entak tidak Karuan. Mungkin karena tidak satupun kawan-kawan dekat yang bisa aku temukan di kota ini. Irama pagi mendorongku jalan-jalan ke Lawang Baya, sebuah pemakaman di atas tempat aku berlatih silat bersama teman-teman seperguruanku dulu. Udaranya lumayan segar.
Tiga ciri utama bahasa sastra di tinjau dari kajian heurmenetika yang diutarakan oleh Ricouer, yakni bahasa satra itu bersifat simbolik, puitik, dan konseptual. Ada sebuah kesadaran yang dipadu dengan pemaknaan. Yang akhirnya akan sulit atau malah kita tidak bisa sama sekali memberikan sebuah makna secara referensial terhadap sebuah sastra.
Komentar Terbaru